MEMPERSIAPKAN TONGKAT ESTAFET | Pdt. Hartono Wijaya

Shalom warga Kerajaan, tema bulan ini adalah “Legacy” Sebagai pemimpin/orang tua rohani bagi orang-orang yang kita pimpin maka kita harus mempersiapkan diri untuk dapat meneruskan tongkat estafet kekekalan. Kita akan membaca di Mazmur 37:18 Tuhan mengetahui (yada: memperhitungkan, membedakan) hari-hari orang yang saleh (tamiym; lurus, tanpa cacat, dan milik pusaka (nachalah: warisan, generasi kita) mereka akan tetap selama lamanya (olam: tidak berkesudahan, abadi). Maka artinya milik pusaka/generasi yang kita muridkan tidak akan berkesudahan, akan mengalami janji Tuhan yang abadi.

Bagaimana kita menyiapkan warisan kepada generasi? Kata warisan dalam bahasa Indonesia memiliki konotasi hanya warisan berupa materi tetapi dalam bahasa Inggris kata warisan dibedakan menjadi dua yaitu:

Inheritance: warisan hasil pemberian (harta, rumah, tanah, pabrik, dll)

Legacy: warisan hasil pembentukan (iman, pengenalan akan Allah, karakter, buah Roh)

Dari dua macam warisan ini, apa yang kita persiapkan bagi generasi, tergantung dari prioritas kita. Kekayaan tanpa hikmat akan merusak hidup generasi, tetapi kekayaan yang disertai hikmat atau takut akan Tuhan maka hidup generasi akan terarah dan menjadi berkat.

 

Untuk mempersiapkan generasi maka ada hal-hal yang harus kita lakukan:

 

MENJADI IMAM YANG MELAYANI

Setiap kita disebut Imamat yang Rajani. Imam yang berfungsi dan menjadi teladan. Oleh sebab itu kita harus menjadi Imam yang Melayani. Dalam Yesaya 61:6-9 dikatakan Tetapi kamu akan disebut imam TUHAN dan akan dinamai pelayan Allah kita. Kamu akan menikmati kekayaan bangsa-bangsa dan akan memegahkan diri dengan segala harta benda mereka. Sebagai ganti bahwa kamu mendapat malu dua kali lipat, dan sebagai ganti noda dan ludah yang menjadi bagianmu, kamu akan mendapat warisan dua kali lipat di negerimu dan sukacita abadi akan menjadi kepunyaanmu. Sebab Aku, TUHAN, mencintai hukum, dan membenci perampasan dan kecurangan; Aku akan memberi upahmu dengan tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu. Keturunanmu akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucumu di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati TUHAN.

 

MEMBANGUN KEINTIMAN

Membangun keintiman baik ke atas maupun ke bawah yaitu membangun keintiman dengan Tuhan sungguh-sungguh secara terus-menerus lalu kita menyampaikan ke bawah. Intimacy dapat membentuk seseorang menjadi baik atau buruk. Ada 3 hal yang dibutuhkan dalam intimacy:

Butuh waktu kebersamaan

Butuh keterbukaan

Butuh mendengar dan didengar

 

Dalam Yohanes 15:4 “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.”

 

 

Keintiman bisa memberi dampak baik/buruk seperti kata Firman Tuhan di I Korintus 15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Contoh intimacy yang memberi dampak buruk yaitu Ribka yang membentuk Yakub menjadi penipu. Kejadian 27:15-17 Ribka membuat Yakub seolah-olah seperti Esau untuk mendapatkan hak kesulungan dari Ishak. Akibatnya Yakub terbentuk menjadi seorang penipu. Hati-hatilah kita sebagai orang tua sebab apa yang kita perbuat akan membentuk karakter anak-anak kita.

 

PERLU DIAJARKAN/MENTORING

Kita tidak cukup membawa generasi kita kepada iman saja. Lalu apa yang harus diajarkan dan ditingkatkan kepada generasi? Kita lihat di dalam 2 Petrus 1:5-8 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan (arete: pengetahuan yang menyelamatkan) dan kepada pengetahuan (gnosis: mendalami dalam religi) penguasaan diri, kepada penguasaan diri (ekrateia: self controle) ketekunan (hupomone: sabar bertahan), dan kepada ketekunan kesalehan (eusebia: beribadah), dan kepada kesalehan, kasih akan saudara-saudara (philadelphia: kasih persaudaraan), dan kepada kasih akan saudara-saudara, kasih akan semua orang (agape: kasih tanpa syarat). Dari apa yang kita lakukan sesuai ayat-ayat tersebut di atas, maka akan terjadi dalam hidup kita sesuai 2 Petrus 1:8, “Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.”

 

KESIAPAN GENERASI

Sekalipun para pemimpin sudah memberikan didikan yang terbaik namun karena ketidaksiapan generasi maka legacy bisa gagal. Sebagai orang tua jangan kecewa, benih Firman Tuhan yang sudah ditaburkan, pasti akan bertumbuh. Tugas kita harus tetap menjalankan apa yang sudah Tuhan percayakan. Tuhan memberikan talenta kepada setiap orang sesuai dengan kesanggupannya. Lipatgandakan-lah talenta yang Tuhan berikan, jangan disimpan. Seperti perumpamaan yang Tuhan ceritakan di ayat Matius 25:18, 27, 29, 30. Hamba yang tidak berguna, yang tidak melipatgandakan talenta yang Tuhan percayakan maka Tuhan akan mencampakkannya ke dalam kegelapan yang paling pekat. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

 

Contoh-contoh legacy yang berhasil dan yang tidak berhasil:

Elisa Mewarisi Porsi Ganda Urapan Elia

2 Raja-raja 2:15 Ketika rombongan nabi yang dari Yerikho itu melihat dia dari jauh, mereka berkata: “Roh Elia telah hinggap pada Elisa.” Mereka datang menemui dia, lalu sujudlah mereka kepadanya sampai ke tanah.

 

Gehazi Gagal Mewarisi Legacy Elisa

Gehazi lebih mementingkan hadiah dari Naaman daripada menuruti teladan Elisa. Akibatnya Gehazi gagal mewarisi urapan dari Elisa sebaliknya penyakit kusta Naaman akan melekat kepada Gehazi dan kepada anak cucunya untuk selama-lamanya.” (Baca: 2 Raja-raja 5:25-27).

 

Salomo Gagal Melanjutkan Legacy

Salomo gagal dalam melanjutkan legacy yang sudah diberikan oleh ayahnya, Raja Daud. 1 Raja-raja 11:1-2, 4, 9, 10, 12. Diceritakan bahwa isteri-isteri Raja Salomo telah mencondongkan hati Raja Salomo kepada allah-allah mereka dan membuat hati Raja Salomo menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel sehingga Raja Salomo tidak lagi berpegang pada apa yang diperintahkan TUHAN. Firman Tuhan kepada Raja Salomo, “Hanya, pada waktu hidupmu ini Aku belum mau melakukannya oleh karena Daud, ayahmu; dari tangan anakmulah Aku akan mengoyakkannya.” Allah kita adalah Allah yang menepati janji-Nya. Selama hidup Daud, Allah tetap menunjukkan kasih karunia-Nya kepada Daud. Tetapi Salomo tidak hidup menurut ketetapan-ketetapan Allah, maka Allah mengoyakkan kerajaan Israel melalui tangan anak Raja Salomo.

 

Mari kita persiapkan masa depan generasi kita dengan sungguh-sungguh. Karena di dalam Yehezkiel 18:2 “Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu? Suatu gambaran bahwa perbuatan seorang bapak akan berdampak kepada anak atau keturunannya.

 

Legacy adalah proses yang harus diusahakan terus menerus sampai generasi itu menjadi seperti yang diharapkan tanpa ada mentor/pengawas lagi. Untuk mencapai keberhasilan ini maka dibutuhkan peran imam yang melayani, keintiman, mentoring, dan kesiapan generasi. (RJ)