MENCUKUPKAN DIRI DALAM SEGALA HAL

MENCUKUPKAN DIRI DALAM SEGALA HAL 

Bacaan Setahun: 
Kej. 14-15; Mzm. 47; Mat. 1 

“Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan, dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.” (Filipi 4:11-12)

Belajar mencukupkan diri dalam segala hal adalah tanda bahwa seseorang tidak Begois dan telah selesai dengan dirinya sendiri. Ini merupakan bukti dari kedewasaan rohani atau spiritualitas yang matang. Rasa cukup merupakan tanda kedewasaan rohani, yang tidak tergantung pada seberapa fasih seseorang berkotbah. Kedewasaan rohani dapat diukur dari kemampuan seseorang untuk memutuskan membatasi keinginan dan mengatakan sudah cukup terhadap semua keinginan dan ambisinya. Kedewasaan rohani tidak hanya dilihat dari pemahaman seseorang tentang teologi, tetapi lebih pada bagaimana seseorang mengendalikan diri terhadap hal-hal duniawi.

Hal-hal duniawi seperti harta, tahta, dan cinta adalah kebutuhan tubuh dan jiwa manusia. Meskipun penting, manusia sering kali tidak puas dengan pemenuhan kebutuhan ini. Hedonisme, yang seperti “seorang haus yang minum air laut, semakin diminum semakin haus,” tidak pernah mengenal batas bagi siapa pun, termasuk rohaniawan.

Ayat di atas ditulis oleh Rasul Paulus, yang memiliki kekayaan, pendidikan, dan kedudukan tinggi. Namun, ketika ia mengenal Kristus, ia belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Ini merupakan karakter dewasa, di mana ia menguasai dirinya terhadap keinginan duniawi yang tak terbatas, seperti harta, tahta, dan cinta.

Penguasaan diri, belajar mencukupkan diri, adalah salah satu buah Roh. Orang dewasa rohani mampu menguasai diri dan mengucapkan cukup, sehingga dapat bersyukur, murah hati, menolong, dan berbagi kasih dengan orang lain.”Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Galatia 5:22-23)

Perhatikan bahwa buah Roh adalah bentuk kesatuan, dan wujud buah Roh dapat terjadi ketika seseorang belajar penguasaan diri, belajar untuk berkata cukup. Bagaimana dengan Anda, sudahkah Anda belajar mencukupkan diri? (DD)

Questions:
1. Apakah benar rasa cukup adalah tanda kedewasaan rohani?
2. Bisakah kita mempunyai rasa cukup dalam hidup ini? Bagaimana caranya?

Values:
Sebagai warga Kerajaan yang siap berkorban, kita harus dimulai dengan rasa cukup.

Kingdom’s Quotes:
Seseorang tidak akan bisa memberi dengan ikhlas sebelum ia merasa cukup dengan kebutuhan dirinya.