Sukses ditentukan oleh 99% sikap (attitude) dan hanya dibutuhkan 1% skill. Perubahan hanya terjadi saat seseorang menyadari kesalahannya. Persoalan atau masalah tidak serta merta membuat seseorang meninggalkan Tuhan, contohnya Ayub. Namun pengenalan akan Tuhan akan menentukan respon seseorang. Di kitab Ayub 42:5-6 Ayub berkata: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”
Bagaimana Cara Mengalahkan Kekecewaan?
Bijaksana dalam Mengatur Pengharapan/Impian
Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. (Roma 12:3)
Kita boleh saja memiliki mimpi-mimpi besar, tetapi harus terukur. Ada kepatutan-kepatutan yang harus diperhatikan. Kalimat ‘berpikir begitu rupa’ artinya jangan melampaui batasan tertentu, karena Alkitab tidak mengajarkan kita menjadi orang yang ‘bermodalkan nekad’. Tetapi yang harus diupayakan adalah agar iman bertumbuh, dan sejalan dengan itu skill kita juga bertumbuh.
Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ. (Matius.13:55-58)
Kita harus melihat diri dengan benar. Jangan hanya melihat fakta kekurangan kita, tapi lihatlah diri kita diciptakan Tuhan dengan dahsyat dan ajaib. Ketika menyadari fakta bahwa Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu, banyak orang menjadi kecewa. Banyak orang berpegang kepada fakta, misalnya fakta hasil pemeriksaan medis, tetapi harus diingat bahwa fakta bukanlah kebenaran. Sebaliknya kebenaran dapat menghasilkan sebuah fakta baru. Salah satu penghambat orang untuk percaya adalah kekuatiran, namun segala bentuk kekuatiran dapat di atasi dengan kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
Lupakan Kebaikan yang Kita Beri dan Selalu Ingat Kebaikan yang Kita Terima
Sebab engkau telah melupakan Allah yang menyelamatkan engkau, dan tidak mengingat gunung batu kekuatanmu. Sebab itu sekalipun engkau membuat taman yang permai dan menanaminya dengan cangkokan luar negeri, sekalipun pada hari menanamnya engkau membuatnya tumbuh subur, dan pada pagi mencangkokkannya engkau membuatnya berbunga, namun panen akan segera lenyap pada hari kesakitan dan hari penderitaan yang sangat payah. (Yesaya 17:10-11)
Munculnya peribahasa: ‘Kacang lupa akan kulitnya’ dan ‘Air susu dibalas air tuba’, disebabkan karena banyak orang melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah diterimanya. Demikian juga, kita sering melupakan kebaikan-kebaikan Tuhan. Kita melayani bukan supaya kita diberkati, tapi sebagai ucapan syukur karena kebaikan Tuhan atas hidup kita. Demikian juga kita bersyukur bukan karena banyaknya yang kita miliki, tetapi bersyukur karena apa yang sudah ada pada kita. Mengapa orang sulit bersyukur? Seringkali karena iri hati. Jadi janganlah iri hati kepada orang yang berhasil, tetapi belajarlah dari orang tersebut.
Happy people focus on what they have. Unhappy people focus on what’s missing.
Jangan Fokus kepada Apa yang Tidak bisa Kita Kendalikan
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Habakuk 3:17-19)
Dalam hidup ini ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti keadaan alam, sikap orang lain, mulut orang lain, situasi ekonomi. Hal yang sama dialami oleh nabi Habakuk. Dia mengharapkan pohon anggurnya berbuah lebat, namun tidak terjadi, bahkan yang terjadi justru sebaliknya. Tetapi di tengah situasi yang tidak bisa ia kendalikan, ia memiliki respon yang benar yaitu tetap bersyukur kepada Tuhan. Ada banyak situasi yang tidak bisa kita kendalikan, namun yang tetap bisa kita kendalikan adalah sikap hati kita.
Hal apa lagi yang bisa kita kendalikan? Emosi kita dan keinginan-keinginan kita. Ada banyak orang mengalami masalah karena tidak bisa mengendalikan keinginan, misalnya membeli jam tangan yang sangat mahal hanya karena gengsi, padahal fungsinya sama saja dengan jam tangan yang murah, yaitu hanya untuk mengetahui waktu.
I can’t change the direction of the wind, but I can adjust my sails to always reach my destination. – Jimmy Dean
Melihat Masalah Hidup dari Sudut Pandang yang Berbeda
Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. (Kejadian 45:7-8)
Yusuf tidak kecewa kepada saudara-saudaranya, karena ia mampu melihat situasi sulit yang dialaminya dari sudut pandang yang berbeda. Jadi lihatlah masalah-masalah dalam hidup kita dengan cara pandang yang berbeda. Setiap masalah diizinkan Tuhan agar otot-otot rohani kita menjadi kuat. Saat menghadapi masalah carilah solusi yang benar, dan jangan lari dari kenyataan. Masalah yang ‘berat’ bisa diubah menjadi ‘berKat’, yaitu ketika ada huruf ‘K‘ yaitu Kristus di dalamnya.
Tidak perlu kecewa pada orang yang tidak menghargaimu. Mungkin usahamu terlalu mahal buat dia hargai dan pahami. Tidak ada gunanya menceritakan kehebatan dirimu karena orang yang membencimu tidak mau mendengarkannya dan orang yang mengasihimu tidak membutuhkannya. Amin. (VW)