MENGAMPUNI DAN MELUPAKAN
Bacaan Setahun:
Luk. 18:18-43, Kej. 31, Mzm 24
“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Matius 5:23, 24).
Mengampuni dan melupakan adalah dua hal yang sering kita dengar dalam kehidupan iman. Namun, tidak jarang kita menemui tantangan besar untuk benar-benar melakukannya. Dalam kehidupan yang penuh luka dan kekecewaan, kita sering kali terjebak dalam siklus kebencian yang menjerat hati kita. Namun, mengampuni adalah panggilan Tuhan yang tidak hanya penting bagi hubungan kita dengan sesama, tetapi juga bagi hubungan kita dengan-Nya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Michael McCullough, seorang pakar dalam riset kesehatan, mengampuni memberikan manfaat yang luar biasa bagi kesehatan jiwa dan tubuh kita. Ia menyatakan, “Ketika kita membiarkan diri tenggelam dalam kebencian atau dendam, pola pikir itu meracuni pikiran dan tubuh kita” (Beyond Revenge: The Evolution of the Forgiveness Instinct, 2008). McCullough menjelaskan bahwa rasa dendam dapat memengaruhi tubuh kita dengan meningkatkan tekanan darah dan menurunkan kekebalan tubuh. Sebaliknya, pengampunan meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik, serta membantu kita menjaga hubungan sosial yang lebih sehat.
Di dalam Alkitab, Yesus mengajarkan kita bahwa mengampuni adalah bagian dari kehidupan yang harus kita jalani, bahkan dalam konteks ibadah. Tuhan mengingatkan kita untuk mendamaikan hubungan kita dengan orang lain sebelum kita mempersembahkan korban kepada-Nya (Matius 5:23-24). Mengapa demikian? Karena Tuhan sangat mengutamakan hubungan yang damai dan penuh kasih di antara umat-Nya. Mengampuni bukanlah soal membenarkan kesalahan orang lain, tetapi soal membebaskan diri kita dari beban kebencian yang merusak jiwa.
Tuhan Yesus sendiri adalah contoh terbaik tentang pengampunan. Ketika di kayu salib, Dia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34). Pengampunan-Nya adalah bukti cinta yang tak terbatas, bahkan untuk mereka yang menyakitinya. Jika Yesus yang tanpa dosa dapat mengampuni, kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama.
Mengampuni dan melupakan memang bukan hal yang mudah, tetapi dengan kekuatan dari Tuhan, kita mampu melakukannya. Seperti yang tertulis dalam 1 Yohanes 3:15, “Setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh.” Mengampuni bukan hanya soal menghindari kebencian, tetapi juga menjaga hati kita agar tetap murni dan penuh kasih, sesuai dengan ajaran Tuhan. (DH)
Questions:
1. Apa arti mengampuni bagi kehidupan rohani kita, terutama dalam hubungan dengan orang lain?
2. Apa yang dapat kita pelajari dari pengampunan yang Yesus lakukan di kayu salib terhadap musuhNya?
Values:
Memaafkan bukan berarti melupakan, tetapi melepaskan beban yang mengikat hati kita.
Kingdom’s Quotes:
Pengampunan adalah kunci untuk membebaskan diri dari belenggu kebencian dan amarah.