Menggarami Dunia | Pdt. Thomas Tanudharma

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,  tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.  (Mazmur 1:1-3)

Banyak definisi ‘berhasil’ di dunia ini, tetapi keberhasilan yang sejati adalah berhasil untuk mengetahui apa kehendak Tuhan dan menyelesaikan kehendak-Nya. Semua keberhasilan yang lain hanyalah bonus. Tuhan tidak ingin hidup kita sekedar berhasil, tetapi berbuah dan berbuah tetap di tengah dunia ini. Dunia yang dimaksud adalah tempat kita berkecimpung, misalnya di sekolah, di kantor, atau di tempat melaksanakan usaha kita.

Ada cetak biru dari Tuhan dalam hidup kita yaitu keserupaan dengan Dia. Namun lebih banyak manusia yang gagal memahami hal ini.  Saat kita gagal memahami cetak biru Tuhan, maka kita akan salah menempatkan hidup kita, sehingga kita gagal menikmati hidup yang disiapkan Tuhan dan mengalami kerugian, seperti sepiring makanan enak yang tertumpah, karena diletakkan bukan di meja yang datar, tetapi di mimbar yang bentuknya miring.

Jadi jika kita saat ini sedang mengalami kerugian, jangan salahkan Tuhan, tetapi kita harus bertobat, menjaga pikiran, hati dan mulut kita. Miliki kesukaan atas Firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam, lalu lakukan (Mazmur 1: 1-2).  Kita melakukan perbuatan baik, bukan supaya diselamatkan, tetapi agar hidup kita sesuai dengan desain Tuhan. Kita masing-masing didesain secara unik dan spesial ( Efesus 2:10).

Di dunia saat ini ada banyak influencer dan mereka di-endorse dan menerima bayaran.  Kita semua adalah influencer-influencer di hadapan Tuhan, dan yang meng-endorse kita adalah Tuhan sendiri, bayarannya adalah sukacita yang tidak bisa diberikan dunia kepada kita. Jika saat ini kita mengalami kegagalan, janganlah berkecil hati, tetapi kembalilah kepada rencana Tuhan.

“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Matius 5:13)

Nilai inti (core value) dari garam adalah asin, nilai inti dari gula adalah manis, nilai inti dari orang percaya adalah hidup dalam kekudusan.

Jika saat ini kita merasa hidup kita seolah diinjak-injak oleh orang lain, maka ada dua kemungkinan:

  1. Kita hidup dalam kekudusan, lalu ada orang yang membenci kita. Dalam hal ini kita tinggal menunggu promosi dari Tuhan.
  2. Kita sedang hidup tidak kudus dan merasa diinjak-injak. Berarti garam dalam diri kita sudah kehilangan asinnya, maka kita perlu bercermin dan cerminnya adalah Firman Tuhan.

Garam adalah kasih yang ada dalam hidup kita. Output-nya adalah hidup berdamai seorang dengan yang lain.

  • Garam berbicara tentang fungsi.
  • Garam berbicara tentang kasih.
  • Garam dapat menjadi tawar.

Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (2 Korintus 4:16-17)

Hanya ada dua orang Israel yang berusia 20 tahun ke atas yang tetap hidup dan keluar dari padang gurun yaitu Yosua dan Kaleb. Selebihnya mati karena menjadi tawar hati, bersungut-sungut dan hanya memandang kepada penderitaan mereka. Mereka lupa bahwa ada manna yang selalu turun dari langit, mereka lupa akan pakaian dan kasut mereka yang tidak pernah rusak selama 40 tahun.

Kita menjadi kecewa, takut, lalu menjadi tawar hati, karena kita tidak yakin bahwa Tuhan menyertai kita. Daud berani menghadapi Goliat karena yakin bahwa Tuhan menyertai dia.

Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu. (Amsal 24:10)

Sebagaimana smartphone harus selalu di-charge dan di-update software-nya agar tetap berfungsi dengan baik, maka hidup kita pun harus selalu di-charge dengan Firman Tuhan setiap hari.

Jika sulit menjadi berlian agar disukai semua orang, jadilah seperti garam yang diperlukan semua orang. (TMT).

Fungsi garam:

  1. Mempengaruhi rasa. Jadilah pribadi yang menyenangkan, yang kehadirannya ditunggu oleh banyak orang, bukan yang ‘baperan’.
  2. Mencegah kebusukan. Ikan mudah busuk, namun kebusukan dapat dicegah ketika dijadikan ikan asin. Maknanya adalah agar kita jangan menjadi serupa dan berkompromi dengan dosa dan kebusukan dunia ini, namun menjadi agen penghambat dosa.
  3. Menjaga kesehatan.  Secara normal umumnya setiap orang membutuhkan lebih kurang 5 mg garam/hari. Kelebihan maupun kekurangan garam akan menimbulkan masalah kesehatan.
  4. Menjaga atau mempengaruhi suhu. Orang yang membuat ‘es puter’ akan menggunakan garam pada esnya sehingga suhu dingin dapat dicapai dan terjaga kestabilannya.  Ketika ‘suhu’ hati kita terjaga stabil, berarti ada garam dalam hidup kita. Amin. (VW)