Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”(YESAYA 6:8)
Nabi Yesaya dipanggil menjadi nabi dalam tahun matinya raja Uzia (Yesaya 6:1). Pemerintahan Uzia boleh dikatakan sebagai masa paling makmur yang dikenal Yehuda, setelah kekacauan menimpa kerajaan itu sesudah kematian Salomo. Pada zaman Uzia kemakmuran dan kemewahan berkelimpahan di Yehuda. Raja Uzia adalah raja yang sangat jago berperang, peperangan demi peperangan ia menangkan sehingga kerajaan Yehuda semakin meluas dengan kekuatan militer. Uzia memperlengkapi seluruh tentaranya dengan perisai, tombak, ketopong, baju zirah, busur dan batu umban. Ia membuat juga di Yerusalem alat-alat perang, ciptaan seorang ahli, yang dapat menembakkan anak panah dan batu besar, untuk ditempatkan di atas menara-menara dan penjuru-penjuru. Nama Raja Uzia menjadi termasyhur sampai ke negeri-negeri yang jauh, karena ia ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat.
Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal-hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan, Allah-nya, dan memasuki bait Tuhan untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. Pada zaman Perjanjian Lama, posisi raja dan imam dipisahkan. Seorang raja tidak berhak melakukan tugas imam, oleh sebab itu imam Azarya menegurnya, tetapi ia menjadi sangat marah.
Nabi Yesaya telah melayani di Yehuda mulai zaman Raja Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia. Menurut tradisi Yahudi, Nabi Yesaya mati syahid dengan digergaji menjadi dua oleh Raja Manasye putra Hizkia yang sangat jahat. Kekaguman pada manusia terutama raja Uzia menghalangi nabi Yesaya mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Nabi Yesaya mengalami perjumpaan dengan Tuhan setelah kematian raja Uzia.
Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (YESAYA 6:1-3)
Pengelihatan Nabi Yesaya menunjukkan bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Maha Besar, Maha Kasih dan Maha Suci. Bait Allah yang orang Israel bangga-banggakan tidak lebih dari ujung jubah Tuhan. Nabi Yesaya merasa tidak layak, sebab ia adalah seorang yang najis bibir dan tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, tetapi salah seorang Serafim terbang mendapatkannya dan dengan bara pada sepit yang diambilnya dari atas mezbah disentuhkan pada bibir Yesaya dan dosanya telah diampuni. Berbahagialah orang yang diampuni dosa dan pelanggarannya.
Sebagai orang yang telah diampuni dari segala dosa-dosa, kita juga harus menunjukkan kasih-Nya kepada satu dengan yang lain. Tuhan Yesus sendiri memberikan perintah supaya kita saling mengasihi sama seperti Dia telah mengasihi kita demikian pula kita harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kita adalah murid-murid Kristus, yaitu jikalau kita saling mengasihi. (Yohanes 13:34-35). Sebab dimana ada harmoni dan kekudusan maka akan membawa penuaian.
Pengampunan dari Tuhan membuat Yesaya mendengar suara Tuhan sehingga membawanya menjadi seorang nabi yang dipanggil untuk menyatakan mengenai hukuman yang akan datang dan beberapa nubuat penting tentang Mesias. Jawaban yang tegas Nabi Yesaya nyatakan kepada Tuhan ketika Tuhan bertanya: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahut Yesaya: “Ini aku, utuslah aku!”
Melalui nabi Yesaya, Ia menyatakan nubuatan-nubuatan tentang kedatangan Mesias , nubuatan keselamatan dan pengharapan, berbagai janji mengenai pemulihan umat Allah, Mesias sebagai hamba yang menderita dan berbagai nubuatan lainnya yang telah digenapi Tuhan bagi umat-Nya.
Pertanyaan yang sama datang dalam hidup kita, siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? Setiap kita Tuhan pilih dan pakai untuk menjadi saksi-Nya di manapun kita berada. Biarlah hidup kita menjadi penuai-penuai Kerajaan Sorga dengan menunjukkan kasih kita kepada sesama. Alami perjumpaan dengan Tuhan maka kita akan dimampukan menjadi penuai-penuai yang penuh dengan kuasa Roh Kudus sehingga dengan mantap kitapun berkata: “Ini aku Tuhan, utuslah aku!”. Amin.