Merawat dan Mendidik Anak | Pdt. Christy Indra Tjiptamulya

Allah memberkati mereka dan mengatakan kepada mereka, “Beranak cuculah dan penuhilah bumi dan kuasailah itu. Berkuasalah atas ikan di dalam laut dan burung-burung di udara. Berkuasalah atas setiap makhluk hidup yang bergerak di atas bumi. (Kejadian 1:28)

Dalam tema gereja tahun 2021 ini, The Year of Reproduction, kita diciptakan untuk menaklukkan bumi dan berkembang secara jasmani maupun secara rohani. Dan sub-tema bulan ini adalah nurture yaitu peran orangtua dalam merawat dan mendidik anak-anaknya, baik itu anak jasmani dan maupun anak rohaninya.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)

Apa yang kita tabur dalam mendidik anak-anak kita tidak akan sia-sia. Dalam hal ini peran utama orangtua adalah:

Mendidik anak, memberitakan tentang Tuhan kepada anak-anak kita.

Sebagai orang tua, maka tugas kita yang utama adalah mengajar anak-anak kita untuk mengenal Tuhan dalam kehidupan mereka. Mendidik mereka sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Tetapi hanyalah orang yang hidup, dialah yang mengucap syukur kepada-Mu, seperti aku pada hari ini; seorang bapa memberitahukan kesetiaan-Mu kepada anak-anaknya. (Yesaya 38:19)

Merawat, Mengasuh, dan Membagi Hidup.

Ketika kita mengasihi anak-anak kita, kita tidak saja merawat, mengasuh, dan mendidik mereka, namun kita rela membagi hidup dengan mereka.

Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. (1 Tesalonika 2:7-8)

Bagaimana Tuhan mendidik anak-anak-Nya? Mari kita belajar dari perjanjian Tuhan dengan Abraham dan hal-hal apa yang dilakukan Tuhan kepada Abraham:

Diberi Nama/Kehidupan Yang Baru

Karena Tuhan mau menjadikan Abram sebagai bapak dari sejumlah besar bangsa, maka namanya diubah Tuhan menjadi Abraham, demikian juga yang dilakukan Tuhan dengan Sarai dengan mengganti namanya menjadi Sarah (Kejadian 17:4-5). Nama adalah identitas yang kita imani akan terjadi pada anak-anak kita. Untuk terjadi perubahan positif pada anak-anak kita, maka kita harus memberikan nama yang bermakna positif.

 

Diajar Menjadi Pelaku Firman

Abraham diajar untuk melakukan Firman dan mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak dan keturunannya supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya untuk tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya. (Kejadian 18:18-19). Sebagai orang tua kita harus mendidik anak-anak untuk berjalan dalam Firman Tuhan. Jika bukan kita yang mendidik, maka dunia yang akan mendidik anak-anak kita. Benteng Firman Tuhan akan membuat anak-anak kita kuat imannya. Hal ini memerlukan waktu dan kegigihan. Tidak bisa seperti sulap untuk menjadikan anak-anak kita dewasa dalam waktu singkat.

Percaya Bahwa Janji Tuhan Ya Dan Amin.

Abraham diajar Tuhan untuk mempercayai bahwa janji Tuhan ya dan amin melalui beberapa peristiwa yang diijinkan Tuhan dalam hidupnya. Abraham harus menunggu sampai jangka waktu yang sangat lama, 25 tahun untuk mempercayai janji Tuhan sampai Sara mengandung dan melahirkan Ishak (Kejadian 21:1-3). Sebagai orangtua, kita juga harus terus belajar memiliki iman bahwa janji Tuhan ya dan amin, dan mengajari anak-anak kita tentang hal itu.

Jangan kompromi

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.
(Matius 6:24)

Tanamkan hidup benar kepada anak-anak kita. Ketakutan dan keraguan akan membawa kepada kompromi. Bentuk kompromi yang pertama adalah berbohong. Anak-anak harus diajarkan untuk tidak berbohong, karena segala sesuatu yang dimulai dengan kebohongan akan menuju kehancuran.  Kebohongan akan membawa rumah tangga, bisnis, dan pelayanan mereka di masa depan  menuju kehancuran.

Iman Yang Teguh Kadang Diuji

Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. (Roma 4:18-21)

Jangan bimbang atas janji Tuhan yang tertulis di Alkitab. Sebagaimana Abraham imannya diuji untuk mengorbankan Ishak putra yang dijanjikan kepadanya (Kejadian 22:9-12), Tuhanpun menguji iman kita. Kunci untuk mempunyai iman yang teguh adalah mendengar dan melakukan Firman hari demi hari dalam hidup kita. Bersandarlah hanya kepada Tuhan, dan jangan pernah menyandarkan diri kepada ramalan-ramalan yang banyak terjadi di zaman ini. Ramalan tersebut hanya membuat kita menjadi takut dan membalikkan pengetahuan menjadi kebodohan  (Yesaya 44:25-26).

Jika kita menjadi orangtua yang memegang perjanjian kita dengan Tuhan sebagaimana yang dilakukan Abraham, maka dalam The Year of Reproduction  ini kita akan menjadi orangtua yang berhasil mendidik dan merawat anak-anak yang Tuhan percayakan, sehingga hidup kita menghasilkan buah yang tetap bagi Kerajaan Allah. Amin. (VW)