MEREKA TAK BERAGAMA

MEREKA TAK BERAGAMA 

Bacaan Setahun: 
Kej. 47-48, Kis. 3 

“Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku” (Yohanes 16:2-3)

Baru saja terjadi “bom bunuh diri” di sebuah kantor polisi di Bandung, dan seperti biasa pengebom tak pernah diakui sebagai orang yang beragama. Benarkah pengebom tak beragama? Bukankah kalau beragama, tak seharusnya bunuh diri dengan tujuan membunuh orang lain?

Sebenarnya menurut akal sehat, banyak orang akan bersedia berkorban, bahkan menyerahkan nyawanya dengan sukarela jika mereka meyakini bahwa apa yang mereka lakukan adalah membela kebenaran absolut. Menurut saya, kesalahan yang paling mendasar dari para pengebom dalam membela kebenaran absolut adalah mereka berusaha mengorbankan nyawa orang lain yang mereka anggap musuh kebenaran absolut, yaitu para anggota polisi.

Kita bisa melihat dalam era kebebasan memakai media saat ini, banyak konten berisi dakwah yang saling menyatakan diri paling benar secara absolut. Dan jika kita pelajari, terutama agama rumpun samawi, mereka saling membenarkan diri dan menyalahkan yang lain. Jika tidak sama dengan yang mereka yakini, bahkan hanya mazab yang berbeda saja pun, neraka adalah ganjarannya. Jika berbeda lalu ‘mengkafirkan’ maka konflik menjadi tajam. Apalagi kalau ditambahi “Yang kafir ini “darahnya halal” alias layak dibunuh.

Sekarang, pertimbangan rasionalnya adalah mana yang paling benar? Karena semua agama samawi (dan yang berbeda mazab) merasa paling benar, dan sama sama mengajak sebanyak mungkin orang lain untuk ‘masuk sorga’. Lagi pula semuanya juga mengatakan bahwa tidak ada paksaan untuk percaya; kalau sampai percaya maka itu karena “hidayah” atau semata anugerah dari Allah.

Maka sekarang, batu uji kebenaran yang paling absolut itu apa? Menurut logika sehat dan yang paling masuk akal, seharusnya yang benar adalah mereka yang dalam nilai keyakinannya tidak ingin mengorbankan nyawa orang lain walau tidak sepaham. Yang paling benar adalah mereka yang justru bersedia menjadi korban tanpa membunuh orang lain. Mereka yang membunuh orang lain demi kebenaran dapat dipastikan, menurut akal sehat, adalah “cacat logika”. Akal mereka tidak lagi sehat. Kebenaran yang mereka pahami palsu. Itu sebabnya, sebagian besar orang tak mau mengakui para jihadis bom bunuh diri sebagai orang yang beragama. Bagaimana menurut Anda? (DD)

Questions:
1. Menurut Anda, apakah keyakinan yang dipahami seseorang itu benar jika untuk membela kebenaran ia tega membunuh orang lain?
2. Benarkah pelaku bom bunuh diri itu beragama? Atau nilai agamanya yang palsu?

Values:
Warga Kerajaan paham bahwa Sang Raja yang penuh kasih tak mungkin memaksakan kehendak, apalagi memaksa dengan cara membunuh.

Kingdom Quotes:
Tak mungkin seseorang berkata mengasihi ALLAH, tetapi membunuh saudaranya. Dapat dipastikan ia tak pernah mengenal kasih Allah atau allah yang ia kenal adalah allah palsu.