MERTUA DAN MENANTU

Bacaan Setahun: 
Yes. 32-35 
Why. 12 

MERTUA DAN MENANTU 
“Kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya. Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras dan berkata kepadanya: “Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu.”Rut 1:9-10

Dari zaman dahulu, cerita perseteruan mertua dan menantu telah menjadi polemik di setiap masa. Tak heran, para pelaku industri perfilman pun sering mengangkat cerita perseteruan ini. Di dunia nyata pun, perseteruan mertua dan menantu ini seperti sudah jadi hal ‘wajar’. Banyak mertua menganggap kalau orang sudah menikah, otomatis jadi milik suaminya/istrinya. Dengan demikian, mereka berhak mengatur dan menuntut apapun dari menantunya. Kalau mereka kesal atau tidak puas, mereka berhak untuk memarahi. Bahkan tidak sedikit yang memaki, memukul, atau bahkan membeberkan kesalahan-kesalahan menantu mereka di keluarga besar dan tetangga-tetangganya.
Menantu sendiri kadang tidak menganggap mertua sebagai orang tua yang patut dihormati. Jadilah mereka bersikap tidak sopan pada mertua. Ada yang tidak mau melayani mertua mereka, acuh tak acuh ketika mertua susah, mengusir mertua dari rumah mereka, atau bahkan tidak mau berkomunikasi sama sekali dengan mertua.
Tentu saja, dua sikap ini: baik sikap buruk pada menantu atau sikap buruk pada mertua, adalah sikap yang salah. Hubungan yang buruk ini bisa mempengaruhi hubungan lain seperti hubungan suami ke istri atau mungkin akan terulang di generasi selanjutnya. Padahal, alkitab sendiri telah memberi contoh keteladanan Naomi dan menantu-menantunya. Di awal kitab Rut, diceritakan Naomi menyuruh menantu-menantunya pulang ke rumah masing-masing karena merasa itu akan mendatangkan nasib baik bagi mereka. Dia tidak menyuruh Rut dan Orpa untuk tinggal, bekerja untuknya, atau melayaninya seumur hidup. Kasih sayang Naomi mendatangkan belas kasih pada menantu-menantunya. Mereka mulanya enggan pergi. Namun, Naomi membujuk. Tinggallah Rut yang kemudian mendampingi Naomi. Di sini pun, Naomi tidak berhenti. Dia mengarahkan Rut agar menantunya itu mendekati Boas dan meminta Boas menebusnya. Dengan demikian, maka masa depan mereka akan lebih ada harapan.
Dalam kitab Rut dikatakan, “Sebab itu perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: “Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel. Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki.” (Rut 4:14-15). Dari sini, kita bisa melihat akhir yang baik dari kisah mertua dan menantu ini. Semua ini terjadi karena hubungan Naomi dan Rut terjalin dengan baik, bukannya penuh perseteruan. (PF)

Questions :
1. Bagaimana hubungan Anda dengan mertua/menantu saat ini?
2. Bagaimanakah kita harus memperlakukan mertua/menantu?

Values :
Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri (Matius 22:39)

Mertua dan menantu hendaknya saling mengasihi, bukannya saling menyakiti, sebab dari sana orang sekitar akan melihat ada Kristus hidup di dalam keluarganya.