MESIN YANG BEREMPATI
Bacaan Setahun:
Mat. 28, Ul. 9-10, Ayub 8
“Aku berkata kepadamu jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.” (Lukas 19:40)
Ketika saya mencari padanan frasa untuk narasi kisah Raja Daud yang meninggalkan ‘Kota Raja’ karena Absalom memberontak kepadanya, saya mencoba memanfaatkan akal imitasi untuk mencari ungkapan bahasa sehari-hari bagi perkataan Abisai, ajudan Daud, ketika ia mendengar Simei mengutuki rajanya saat mereka sampai di Bahurim, yang berarti “desa anak muda” (2 Samuel 16:5). Abisai tidak dapat menerima perkataan Simei itu dan bermaksud memenggal kepalanya. Lalu saya mengetikkan kata-kata “tidak dapat menerima”. Dalam waktu yang amat singkat, keluarlah kata-kata dari mesin yang berempati, bak seorang konselor profesional. “Hidup memang berat, sering kali masalah datang bertubi-tubi menimpa kita; namun jika Anda mau menceritakannya, saya di sini siap mendengarkan.” Perkataan tersebut memang bukan jawaban yang saya inginkan karena ketikan saya tidak mengikuti pakem prompt alias instruksi yang jelas. Namun, kata-kata itu terdengar humanis, nyaris seperti manusia yang penuh perhatian dan kasih, siap mendengar keluhan dan memberikan solusi.
Pada akhir zaman, pengetahuan akan bertambah (Daniel 12:4), hal itu sudah tergenapi dan terus berlangsung. Perkembangan teknologi semakin mencengangkan dan mungkin agak menakutkan. Akal imitasi yang berempati tadi sudah canggih dan cukup lama beredar, sementara AI dari China, DeepSeek, baru diumumkan kehadirannya saat penyelesaian tulisan ini. Disebutkan dalam sebuah harian bahwa sang pendiri kecerdasan buatan ini meniupkan napas baru dalam pengembangan akal imitasi, yakni tidak lagi bertumpu pada tradisi imitasi, tetapi pada spirit. Terlepas dari bagaimana mereka mendefinisikan spirit, maka spirit pelayanan orang percaya tentu saja sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus, bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Matius 20:28).
Senada dengan tema mempraktikkan kerendahan hati, kemauan melayani pastinya berangkat dari kerendahan hati itu sendiri, yang tentu saja memerlukan amunisi, yaitu kerendahan hati yang sejati. Ketika kasih kebanyakan orang menjadi dingin karena makin bertambahnya kedurhakaan (Matius 24:12), manusia akan mencintai dirinya sendiri, membual, dan menyombongkan diri (2 Timotius 3:2). Akibatnya, terjadi defisit kerendahan hati untuk mau melayani, mendengarkan kesulitan orang lain, memberikan penguatan, ataupun mencarikan jalan keluar. Karena itu, orang berpengetahuan menangkap peluang untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan terciptalah mesin ‘konselor’ yang dengan sabar mau mendengarkan keluhan, masalah, dan kesedihan orang, bahkan memberikan saran dan solusi. Barangkali inilah yang dimaksudkan dengan “batu yang akan berteriak” jika orang pilihan Allah tidak mengenakan belas kasihan, kemurahan, dan kerendahan hati (Kolose 3:12). (YL)
Questions:
1. Apakah yang membedakan ‘konselor mesin’ dengan konselor manusia?
2. Bagaimana memungkinkan kerendahan hati bisa diterapkan dalam pelayanan orang percaya?
Values:
Belas kasihan, kemurahan dan kerendahan hati meratakan bukit keangkuhan.
Kingdom’s Quotes:
Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? (Yesaya 6:8)