MEWARTAKAN KASIH KARUNIA YANG MEMERDEKAKAN
Bacaan Setahun:
Yer. 32-33, Ibr. 9
“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kisah Para Rasul 20:24)
Rasul Paulus menemukan satu kebenaran yang mengubah segalanya: Injil kasih karunia Allah. Kebenaran ini begitu berharga baginya sehingga ia rela mengorbankan segalanya, bahkan nyawanya sendiri, demi mewartakannya ke seluruh dunia yang dapat dijangkaunya.
Kasih karunia Allah, dalam bahasa Yunani “charis”, bukan sekadar konsep teologis abstrak. Ini adalah inti dari karya penyelamatan Allah yang dahsyat. Kasih karunia ini mematahkan paradigma lama tentang hubungan manusia dengan Allah yang didasarkan pada perbuatan dan hukum. Sebagai gantinya, kasih karunia menawarkan hubungan yang didasarkan pada kasih Allah yang tak bersyarat.
Paulus, yang dulunya seorang Farisi yang taat hukum, mengalami transformasi radikal ketika ia berjumpa dengan kasih karunia ini. Ia menyadari bahwa keselamatan bukanlah hasil dari usaha manusia, melainkan pemberian Allah semata-mata (Efesus 2:8-9). Pemahaman ini membebaskannya dari beban berat legalisme dan memberinya sukacita serta kekuatan untuk menjalani hidup dalam pelayanan yang penuh pengorbanan.
Injil kasih karunia yang diwartakan Paulus memiliki beberapa aspek penting. Pertama, universalitas. Kasih karunia Allah ditawarkan kepada semua orang, tanpa memandang latar belakang atau status (Roma 3:23-24). Kedua, transformatif. Kasih karunia tidak hanya mengampuni dosa, tetapi juga mengubah hidup, memampukan orang percaya untuk hidup kudus (Titus 2:11-12). Ketiga, berkelanjutan. Kasih karunia bukan hanya untuk saat pertobatan, tetapi terus bekerja dalam kehidupan orang percaya (2 Korintus 12:9). Keempat, memerdekakan. Kasih karunia membebaskan kita dari perhambaan dosa dan hukum, membawa kita kepada kebebasan sejati dalam Kristus (Galatia 5:1).
Paulus menyadari bahwa Injil kasih karunia ini begitu berharga sehingga layak untuk diperjuangkan dengan segenap hidup. Ia memahami bahwa hanya melalui pemberitaan Injil inilah orang-orang dapat mengalami transformasi sejati dan menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Seperti yang ditulis oleh teolog Jerman, Dietrich Bonhoeffer, dalam bukunya The Cost of Discipleship: “Kasih karunia yang murah adalah musuh yang mematikan bagi gereja kita… Kasih karunia yang mahal adalah Injil yang harus dicari berulang kali, karunia yang harus dimohon, pintu yang harus diketuk.”
Hari ini kita ditantang untuk merenungkan kembali pemahaman kita tentang kasih karunia Allah. Sudahkah kita sungguh-sungguh menghargai dan mengalaminya? Apakah kita, seperti Paulus, rela mengorbankan segalanya untuk mewartakan kebenaran yang memerdekakan ini? Mari kita berdoa agar Tuhan membuka mata kita untuk melihat keindahan kasih karunia-Nya, dan memberi kita keberanian untuk hidup dan bersaksi tentang-Nya, apa pun risikonya. (DH)
Questions:
1. Bagaimana pemahaman Anda tentang kasih karunia Allah telah mengubah cara Anda menjalani hidup?
2. Dalam aspek apa dari hidup Anda yang masih sulit untuk menerima dan menerapkan kasih karunia Allah?
Values:
Kasih karunia Allah bukan hanya mengampuni kita, tetapi juga memerdekakan dan mentransformasi kita untuk hidup dalam kepenuhan-Nya.
Kingdom’s Quotes:
Injil kasih karunia adalah kebenaran yang begitu berharga sehingga layak diperjuangkan dengan segenap hidup kita