Obedience to The King | Pdt. Christine Here

Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. (2 Korintus 4:1-2)

Taat artinya mau dididik, dipimpin, diarahkan, diatur dengan rela, dan atas dorongan kasih. Dalam hal ini dorongan kasih kepada Tuhan. Semua orang yang belajar hidup dalam ketaatan pasti mengalami ujian. Dan semua ujian ketaatan bisa dilalui jika dijalani dengan sikap bersukacita dan bersyukur.

Kali ini kita akan belajar bagaimana ketaatan dapat terjadi dalam kehidupan Abraham, yang saat itu masih bernama Abram.

Panggilan dan Janji Tuhan (Kejadian 12:1-4)

Abraham menerima panggilan dan janji Tuhan dalam hidupnya. Dia harus meninggalkan kenyamanan yang telah dinikmatinya, meninggalkan rumah nenek moyangnya di Ur-Kasdim maupun di Haran. Kedua tempat tersebut adalah tempat-tempat penyembahan berhala. Ini adalah gambaran bahwa kita harus meninggalkan kegelapan dosa dan keterpurukan kita.

Pergumulan-pergumulan dalam Ketaatan kepada Tuhan

Perhatikanlah hidup kita dan keadaan keluarga kita saat ini. Apakah ada krisis yang diakibatkan oleh ketidaktaatan kita?  Krisis dalam keluarga Abraham terjadi karena sikap tidak sabar dan ketidakpercayaan Abraham dan Sarai saat itu.

Abraham menawarkan hambanya menjadi ahli waris (Kejadian 15:1-3, 18)

Ketika Abraham melihat bahwa antara Janji Tuhan dan kenyataan hidup yang dialaminya memiliki perbedaan besar, maka ia mulai mereka-reka jalan keluar dengan pikirannya sendiri. Dalam pikirannya tentu bukan anak kandungnya yang akan mewarisi rumahnya, melainkan seorang hambanya.

Sarai menawarkan Hagar (Kejadian 16:1-2, 21:11-14).

Sarai mencoba menawarkan jalan keluar yang seolah-olah baik dalam pandangan manusia, namun belum tentu benar di hadapan Tuhan. Dan hal ini harus dibayar mahal, Abram dan Sarai harus membuat keputusan penting dalam hidup mereka. Seringkali keputusan-keputusan penting dalam kehidupan seolah-olah ‘tega’.

Abraham tawar menawar mengenai Ismail (Kejadian 17:18-19)

Setelah menerima konsekuensi yang berat dari ketidakpercayaan dirinya, Abraham pun mencoba tawar menawar dengan Tuhan.

 

Tuhan meneguhkan kelahiran Ishak (Kejadian 18:9-10)

Setelah dengan setia menjalani pergumulan hidup mereka di hadapan Tuhan, maka pada waktu-Nya yang tepat,  Tuhan meneguhkan janji-Nya kepada Abraham dan dengan demikian menyatakan bahwa rencana-Nya tidak pernah gagal.

Ujian dalam Ketaatan kepada Tuhan

Ujian untuk menyerahkan yang terutama (Kejadian 22:1-2)

Kadang kala ada peristiwa-peristiwa dalam hidup kita yang terasa menyakitkan, misalnya kehilangan semua orang yang telah kita bina, pengalaman dikhianati, dikecewakan. Di sini kita diuji untuk berserah kepada Tuhan, dan menyerahkan sesuatu yang kita anggap terpenting dalam hidup kita.

Ujian untuk bangkit dalam iman (Kejadian 22:3-8)

Abraham sadar bahwa ia pernah menyakiti hati Tuhan, tapi ia kemudian bangkit dalam iman. Pernyataan imannya tampak ketika ia berkata kepada bujangnya; ‘kami akan pergi dan kami akan pulang”. Di sisi lain Ishak rela mati, karena ia telah berulang-ulang diajarkan oleh Abraham untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan.

Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: “Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.” Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. (Ibrani 11:17-19)

Upah dalam Ketaatan kepada Tuhan (Kejadian 22:16-18)

Di tengah berbagai tantangan dan pergumulan yang dihadapi, serta di tengah respon yang salah dan kegagalan yang dialami, Abraham tetap belajar percaya. Dengan ketaatan, setia menantikan janji-janji Tuhan yang pernah ia terima, maka pada waktu-Nya Tuhan, ia menerima upah atas ketaatannya.

Ketaatan kepada Tuhan Sang Raja, adalah kunci untuk mengalami terobosan dan penggenapan janji-janji Tuhan. Untuk itu kita harus belajar tetap percaya dan memegang teguh janji Tuhan, apapun situasi kehidupan kita. (VW).

 Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau, TUHAN, yang akan menepatinya, … (Mazmur 12:7-8a)