ORANG DEPRESI = ORANG BERDOSA?
Bacaan Setahun:
Hak. 8
Mzm. 83
Kis. 21
”Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.”
Amsal 12:25
“Anxiety is the heart of man causes depression, but good word made it glad.” Proverbs 12:25 (NKJV)
Baru-baru ini, ada kasus ibu membunuh anaknya. Setelah ditelusuri, ternyata si ibu menderita depresi akut. Meski demikian, warganet masih menyalahkan si ibu, bahkan ada yang mengatakan, “Udang saja punya otak, ini nggak.” Bukan berarti saya mentolerir perbuatan si ibu tersebut, tetapi sikap kita terhadap ‘penderita depresi’ juga harus kita perhatikan dan tingkatkan dalam kehidupan sehari-hari kita bermasyarakat.
Meski banyak edukasi tentang kesehatan mental, banyak orang masih memandang depresi sebagai sesuatu yang dibuat-buat saja. Seringkali penderita depresi dikatakan sebagai “lebay”, “kurang bersyukur”, dan juga “kurang beriman”. Padahal, depresi adalah penyakit yang nyata. Penyebabnya ada di dalam otak seseorang, timbul dari berbagai trauma tanpa pengobatan atau penanganan yang intensif. Lebih dari itu, orang-orang kebanyakan merasa muak pada penderita depresi hingga sering memperlakukan penderita depresi sebagai keset, tidak berharga, tidak layak. Kalau pun peduli, kepeduliannya ditunjukkan lewat berbagai macam ceramah di mana si penderita diminta untuk lebih beriman dan bersyukur. Atau yang lebih manusiawi: disuruh doa saja, alias kasarnya ‘Jangan ngomong ke gue, gue males dengar’. Apakah itu membantu? Tentu saja tidak!
Sama seperti kata-kata si ibu, “Saya hanya ingin disayang.” Penderita depresi perlu perasaan ‘diterima’ dan ‘dikasihi’. Kadang, didengarkan saja sudah cukup. Kalau memang tidak sanggup, maka lebih baik permisi pergi lalu doakan. Setiap orang punya daya tahan berbeda. Karena itu, segala ceramah menggunakan standar hidup kita tidaklah berguna. Kita tidak berada dalam ‘sepatu mereka’. Karena itu, apa yang perlu kita lakukan adalah mengasihi mereka secara tulus hingga mereka merasa kalau mereka tidaklah sendirian di dunia ini. Jangan membuat mereka semakin kehilangan harapan karena orang-orang di sekeliling mereka ternyata tidak bisa diharapkan, bisanya menghakimi atau menyuruh doa saja.
Meski ini menyebalkan dan merepotkan, ingatlah, tabib itu bukan diperlukan oleh orang yang sehat melainkan oleh orang yang sakit. Manusia itu makhluk sosial, tidak ada manusia yang sanggup hidup sendirian, tidak bicara pada manusia lain, hanya berdoa dan berdoa saja. Diperlukan uluran tangan dan sikap hati seperti Kristus yang mau melayani orang-orang yang bergumul dalam penderitaannya. Dengan tulus dan penuh iba, Tuhan menyambut mereka, membalut luka hati mereka, memerdekakan kehidupan mereka.
Apa yang sudah kita perbuat untuk saudara-saudara ‘lemah’ kita saat ini? Dekati dan siapkan hatimu untuk mereka supaya mereka dipulihkan. Amin (PF)
Questions:
1. Apakah orang depresi adalah orang berdosa?
2. Mengapa kita harus mengasihi orang depresi?
Kingdom Values:
Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.
Kingdom Quote:
Keputusasaan adalah salah satu gejala dari depresi.