PASRAH ATAU BERSERAH?
Bacaan Setahun:
2 Taw. 19-20, Mzm. 48,2 Tes. 3
“Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.” (Roma 4:18-19)
Janji Tuhan harus diwujudkan dengan iman dan kesabaran, bukan dengan kekuatan, kepintaran, atau keterampilan manusia (Ibrani 6:12). Tuhan tidak pernah melarang kita untuk menggunakan sumber-sumber manusiawi, namun Ia ingin agar kita tidak bersandar dan memercayai sumber-sumber manusiawi tersebut. Jadi, kita boleh memakainya, namun jangan bersandar padanya. Kita harus beriman kepada Tuhan, bukan kepada apa yang kita miliki, atau apa yang kita hasilkan, atau bersandar kepada kemampuan kita.
Seorang seperti Abraham sangat memberikan inspirasi dan kekuatan kepada saya. Sekalipun ia mengetahui bahwa tubuhnya sudah sangat lemah dan Sara istrinya sudah mati haid (menopause), ia menolak untuk memercayai dan bersandar pada kemampuan manusiawinya untuk bisa mempunyai seorang anak. Ia memercayai Tuhan yang telah memberikan janji kepadanya.
Dari ayat ini kita mengerti bahwa keadaan baik selalu datang (ada). Namun demikian, mereka yang mengandalkan manusia tidak akan mengalami keadaan baik itu. Ini berarti bukan Tuhan yang tidak mendatangkan keadaan baik, tetapi orang yang mengandalkan manusialah yang tidak bisa mengalaminya. Sebaliknya juga benar. Keadaan panas terik (kering, paceklik, resesi) selalu ada. Namun demikian, mereka yang mengandalkan Tuhan tidak akan musnah terhadap keadaan panas terik tersebut.
Ketika menghadapi masalah yang cukup sulit, kita dapat menempuh dua cara : berserah atau pasrah. Kalau kita terus mencari penyelesaian masalah dengan seluruh kekuatan, keterampilan, dan sumber daya yang kita miliki, dan ternyata tidak juga berhasil, maka kita kemudian menjadi putus asa, dan akhirnya menjadi pasrah. Berbeda halnya bila sejak awal kita melibatkan Tuhan dalam penyelesaian masalah tersebut. Kita berharap dan percaya sepenuhnya kepadaNya, bukan kepada sumber daya kita. Ini yang dinamakan berserah. Pasrah adalah hasil dari keterampilan manusia yang terbatas. Berserah adalah hasil dari iman yang memercayai Tuhan yang tidak terbatas! Pasrah adalah hasil akhir perjuangan manusia tanpa hasil. Berserah adalah langkah awal pergumulan iman di dalam pengharapan untuk mencapai hasil akhir yang penuh kemenangan. Iman kitalah yang dapat mengalahkan dunia, bukan kemampuan atau keterampilan manusia. Itulah sebabnya jangan bersandar dan mengandalkan kemampuan manusiawi kita. Kita harus mengandalkan dan memercayai Tuhan. Anda mengerti? (AU)
Questions:
1. Apakah yang Anda lakukan saat ini : ”Pasrah atau Berserah”? Mengapa?
2. Mengapa kita harus mengandalkan Tuhan? Diskusikan!
Values:
Berserah adalah hasil dari iman yang memercayai Tuhan yang tidak terbatas!
Kingdom’s Quotes:
Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. (1 Yohanes 5:4)