PEMBAPAKAN
Bacaan Setahun:
Bil. 20-21
1 Kor. 10
“Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik” (1 Timotius 3:12).
Tiga puluhan tahun terakhir mulai muncul istilah “pembapaan” terutama di dunia pelayanan Gereja. Beberapa buku tentang pentingnya punya bapa rohani atau pentingnya peran seorang bapa di tengah keluarga mulai bermunculan. Seminar mengenai ‘hati bapa’ juga bermunculan. Intinya bagaimana mengajarkan seorang pria berfungsi sebagai bapa yang memberi nilai dan teladan yang baik bagi keluarganya. Demikian juga jika menjadi pemimpin di gereja atau di perusahaan harus punya sifat mengayomi bagai seorang bapa yang melindungi anak- anaknya.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah peran bapa yang baik bisa dipelajari dan seminarkan dan kemudian dapat diharapkan dari para peserta dihasilkan bapa yang baik bagi anak- anaknya?
Kalau ditelusuri mengapa seorang pria tidak bisa berperan sebagai bapa yang baik adalah jika kehidupan seseorang saat anak- anak mengalami ketiadaan peran bapa. Demikian juga jika seseorang dibesarkan dalam keadaan sangat dimanja oleh ibunya tanpa ada pembelajaran tanggung jawab dan disiplin dari seorang ayah, maka saat dewasa ia cenderung menjadi bapa yang permisif. Keteladanan seorang bapa yang melindungi dan mengajarkan kebaikan saat anak- anak akan terpatri di dalam pikiran bawah sadar seseorang.
Jadi resonansi pembapakan yang terbaik adalah praktek menjadi bapa yang baik kepada anak- anaknya (saat mereka usia balita ataupun remaja), maka dengan sendirinya anak-anak akan tumbuh dewasa dengan bakat menjadi seorang bapa yang baik. Cinta seorang bapa yang dirasakan oleh anak- anaknya akan juga menular kepada anaknya kelak saat anak- anaknya tumbuh dewasa, sehingga mereka juga akan berperan menjadi bapa yang penuh cinta.
Itu sebabnya jika seorang tumbuh di tengah keluarga ‘broken home ‘, maka kita sering jumpai anak- anaknya kelak juga memiliki keluarga broken home. Mengapa ? Karena nilai yang diteladankan tertanam di pikiran bawah sadar seseorang.
Akhirnya, Seminar PEMBAPAKAN mungkin penting, tapi fungsinya hanya untuk men-triger seorang pria berfungsi sebagai bapa yang lebih baik. Bagi pria yang lahir dari keluarga berantakan fungsi trigger tidak maksimal. Itu sebabnya kita bisa jumpai dalam praktek, seorang yang bukan Kristen dan tak pernah ikut seminar PEMBAPAKAN, dikenal sebagai bapa yang baik bagi anak- anaknya tapi kita juga bisa jumpai seorang pemimpin Kristen yang juga mengajarkan seminar KEBAPAKAN justru keluarganya berantakan dan bertengkar masalah harta. (DD)
Questions:
1. Menurut Anda pentingkah peran KEBAPAKAN ?
2. Bagaimana supaya peran KEBAPAKAN Anda maksimal ?
Values:
Dengan pernah mengalami dan merasakan kasih bapa, maka kita dapat mengalirkan kasih bapa kepada orang lain.
Kekosongan peran ayah menjadikan seseorang mudah menyerah saat menghadapi keadaan yang sulit.