PEMIMPIN YANG DINABIKAN MEMATIKAN NALAR

PEMIMPIN YANG DINABIKAN MEMATIKAN NALAR 

Bacaan Setahun: 
Yer. 10-12
Mzm. 101

“Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani

Saya baru saja melihat di medsos ungkapan Sujiwo Tedjo dalam sebuah wawancara podcast. Ia  berkata: “Pemimpin yang tangan besi mematikan nyali, dan pemimpin yang dinabikan mematikan nalar”. Dua ungkapan ini bukan saling menegaskan, tetapi menurut saya samasama negatif

Dengan maksud dan tujuan apa pun, seorang pemimpin pasti berkeinginan agar kelompok orang yang dipimpinnya mengikuti apa yang dimauinya. Dan dalam upaya itu, cara-cara yang dilakukannya dapat secara persuasif ataupun secara impresif.

‘Nabi’ adalah kata yang melekat pada tradisi agama, sedangkan ‘tangan besi’ adalah kata yang melekat dalam dunia militer. Iran dan Burma adalah contoh negara yang presidennya dijabat oleh jenderal. Kedua presiden ini adalah contoh tepat kepemimpinan yang dimaksud oleh Sujiwo Tedjo.

Pemimpin yang di-‘nabi’-kan akan diikuti dan dipatuhi dengan kerelaan tanpa berpikir panjang, sedangkan pemimpin tangan besi akan diikuti dan dipatuhi dengan keterpaksaan dan ketakutan.

Di dunia kegerejaan, yang cenderung muncul adalah pemimpin yang memposisikan dirinya sebagai wakil Tuhan, baik sebagai orang yang berkarunia nabi (prophet), atau rasul (apostle). Ketika pemimpin di gereja memposisikan dirinya sebagai orang yang berkarunia nabi atau rasul maka tentunya anggota jemaat akan patuh dan mengikuti semua perkataannya tanpa nalar. Hal seperti inilah yang dapat mengakibatkan terjadinya masa kepemimpinan seumur hidup.

Sebuah buku yang berjudul “Praktek Sihir di dalam Gereja” menceritakan bahwa banyak praktek kepemimpinan di gereja memakai cara-cara ‘praktek sihir’, yaitu mempengaruhi jemaatnya secara persuasif dengan maksud agar mereka mengikutinya tanpa pernah berani mengkritisi. Ia memposisikan diri sebagai wakil Tuhan sehingga perkataannya dipatuhi sepenuhnya.

Setiap kita adalah pemimpin, paling tidak pemimpin di dalam rumah tangga. Gaya kepemimpinan bagaimana yang Anda kembangkan? Apakah Anda anti dikritisi dan berharap setiap orang akan menurut tanpa berpikir panjang?

Tuhan Yesus mengajarkan kepemimpin yang melayani, memberi keteladanan dan berkorban. Bukan kepemimpinan yang impresif, bukan juga persuasif ‘sihir’ yang membodohi pengikutnya. Koreksi kepemimpinan kita selaras dengan teladan Kristus: pemimpin yang melayani. (DD)

Questions:
1. Gaya kepemimpinan seperti apa yang Anda lihat di gereja Anda?
2. Apa yang idealnya dilakukan oleh seorang pemimpin?

Values:
Warga kerajaan seharusnya mengembangkan gaya kepemimpinan yang memberi teladan dan melayani seperti Sang Raja

Kingdom Quotes:
Pemimpin yang diikuti tanpa nalar akan cenderung berbuat salah tanpa ada yang berani mengoreksinya.