PENGAKUAN YANG MEMBAWA KEBERUNTUNGAN

PENGAKUAN YANG MEMBAWA KEBERUNTUNGAN 

Bacaan Setahun: 
Yes. 37 
Mzm. 76 
Rm. 9 

“Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” (Amsal 28:13)

Beberapa waktu yang lalu di Bandung, saya nyetir di jalan Astana Anyar dari utara menyeberangi Jl. Pasirkoja ke selatan menuju ke arah Kopo, tetapi tanpa sengaja melanggar rambu lalu lintas batasan waktu. Saya baru menyadari setelah dicegat dua orang polisi lalu lintas di pertigaan Jl. Panjunan. Awalnya pak polisi mau menilang, tetapi setelah saya mengaku bersalah dan minta maaf, tidak jadi ditilang dan dipersilakan melanjutkan perjalanan. Puji Tuhan, namun di Surabaya minggu lalu tanpa sengaja saya kembali melanggar rambu lalu lintas. Dari arah Kedungsari, belok kiri ke arah Basuki Rahmat dan langsung mengambil kanan ke arah Embong Gayam dan menurut seorang polantas yang kebetulan melintas naik sepeda motor, hal itu adalah pelanggaran. Namun, setelah menyadari kesalahan dan saya minta maaf dengan tulus, pak polisi memaafkan dan tidak menilang. Dari kejadian-kejadian ini menjadi semakin jelas bahwa mengakui kesalahan adalah hal yang penting yang akan menyelesaikan konflik. Masalahnya kita seringkali sangat sulit menempatkan diri pada posisi yang bersalah jika timbul masalah dengan orang lain. Orang cenderung mencari pembenaran dan tidak mau berada pada posisi yang bersalah. Akibatnya, timbul perbantahan dan pertengkaran karena saling menyalahkan.

Berada pada posisi yang disalahkan seakan-akan menempatkan diri pada posisi yang lemah dan kalah. Padahal menurut 1 Korintus 6:7 “Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?”

Orang yang bertengkar dan berperkara adalah orang yang kalah. Sebenarnya pada dasarnya setiap orang menyadari bahwa dirinya bukanlah orang yang tidak pernah bersalah. Sehingga jika kita mengakui kesalahan, itu adalah hal yang mengagumkan bagi kebanyakan orang. Dengan demikian, orang yang mengaku bersalah lebih dihargai dan disayangi sesuai ayat di atas. Itulah sebabnya dikatakan dalam 1 Yohanes 1:9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Tentu yang dimaksudkan di sini bukan pengakuan seperti yang biasa diucapkan secara latah setiap kali berdoa. Bukan ucapan pengakuan dosa borongan hanya sebagai pemanis bibir saja tetapi secara spesifik pada kesalahan yang spesifik. Karena itu, periksa, adakah Anda bermasalah dengan orang lain? Belajarlah rendah hati dan datangi orang tersebut dengan permintaan maaf. Jadilah orang yang beruntung dan disayangi orang lain. Halleluyah. (LS)

Questions:
1. Apakah anda termasuk orang yang merasa jatuh harga diri jika meminta maaf?
2. Sudah pernah mencoba meminta maaf pada saat anda merasa bukan yang bersalah?

Values:
Orang yang bertengkar dan berperkara adalah orang yang kalah.

Kingdom Quote:
Orang hebat bukanlah orang yang tidak pernah bersalah, tetapi yang mengakui kesalahan pada waktunya.