PENGKHIANAT KEBENARAN

Bacaan Setahun:
Hos. 1-2
Rm. 9

“Waktu Yesus masih berbicara datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi” Matius 26:47

Tidak ada hal yang paling menyakitkan melebihi pengkhianatan seorang kawan akrab. Julius Caesar mengalami hal seperti ini ketika orang yang paling dekat dengan dia dan yang ia anggap sebagai anaknya sendiri, berdiri dalam jajaran orang yang memberontak melawannya pada tanggal 15 Maret tahun 44 SM. Menurut sejarah, Caesar mulanya menolak pemberontakan itu, tetapi ketika dilihatnya Brutus di antara mereka sambil menghunus pedangnya, Caesar terkulai lemas sambil berkata, “Kamu juga, Brutus?”
Saudara, Yesus mengalami hal yang sama. Orang yang paling dekat dengan Dia, makan bersama-sama, mengalami suka dan duka bersama, dan kerap bersenda-gurau bersama, tiba-tiba menjadi pengkhianat. Sebagai seorang manusia juga, Yesus mengalami perasaan seperti kita juga perasaan kecewa dan sakit yang mungkin hanya bisa dirasakan oleh mereka yang mengalaminya. Jangan dikira Yesus itu Anak Allah lalu kita menganggap bahwa Yesus itu tidak mempunyai perasaan dan emosi. Dia juga punya. Karena itu tidak heran bila penulis Injil berkata bahwa Yesus bisa menangis (Yohanes 11:35), sedih (Matius 26:38), atau marah (Markus. 10:14). Hanya yang membuat beda, perasaan dan emosinya itu seluruhnya di bawah kendali Ilahi.
Alkitab berkata, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15). Yesus, Imam Besar kita merasakan apa yang gereja rasakan. Bila gereja dianiaya, Ia juga turut merasakan. Ketika Saulus menganiaya jemaat Tuhan, Yesus datang kepadanya dalam bentuk cahaya dan berkata, “….Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kisah Para Rasul 9:4) Secara langsung, Saulus tidak pernah menganiaya Tuhan. Yang dimusuhi dan dianiaya adalah jemaat Tuhan. Tetapi Yesus merasakan apa yang dirasakan oleh gereja. Jadi jelas bahwa hingga kini Yesus merasakan apa yang dialami oleh jemaat-Nya.
Saudara, tidak semua orang yang dipanggil itu dipilih-Nya. Sebagian di antara mereka lebih mencintai harta daripada keselamatan-Nya. Sama seperti Yudas yang mata duitan, yang rela menjual Gurunya demi mendapatkan uang 30 perak. William Barclay mengatakan bahwa ‘uang perak’ (piece of silver) dalam bahasa Yunani adalah ARGURIA, dan 1 arguria setara dengan upah orang bekerja dalam 4 hari. Jadi Yudas menjual Yesus seharga gaji orang bekerja selama 120 hari (4 bulan)! A. T. Robertson juga mengatakan bahwa 30 keping perak itu setara dengan 120 dinar, upah buruh harian selama 120 hari kerja. Begitu murah kah harga Kristus? Ya, bagi Yudas dan orang-orang yang tidak lagi menghargai karya Kristus di kayu salib!
Dunia dengan segala gemerlapannya menawarkan sesuatu yang menarik supaya kita menjadi pengkhianat kebenaran. Karena itu marilah kita penuhi hidup kita dengan firman Allah supaya kita jangan tergoda untuk menjual iman kita. (DH)

Questions :
1. Apakah Yesus merasakan penderitaan yang dialami umat-Nya?
2. Penderitaan apa yang saat ini Anda alami? Apakah Anda percaya jika Tuhan juga merasakan hal yang sama yang Anda alami?

Values :
Dunia dengan segala gemerlapannya menawarkan sesuatu yang menarik supaya kita menjadi pengkhianat kebenaran.

Setiap hari ribuan orang bertobat, tetapi ribuan lainnya menjadi pengkhianat.