PENIUP TROMPET
Bacaan Setahun:
Ayub 33-34, Mzm. 139
“Kebetulan, di sana ada seorang yang berkelakuan jahat bernama Seba, anak Bikri, orang Benyamin. Dia meniup trompet dan berkata, “Kita tidak mendapat bagian dari Daud. Kita tidak mendapat milik pusaka dari anak Isai itu. Setiap orang ke tendanya, hai orang Israel!” Seluruh orang Israel undur dari Daud dan mengikuti Seba, anak Bikri. Sementara orang-orang Yehuda tetap bergabung dengan raja, dari Sungai Yordan sampai Yerusalem” (AYT – 2 Samuel 20:1-2)
Kisah tentang Seba dalam 2 Samuel 20 ini menggambarkan seorang yang berkelakuan jahat dan manipulatif. Seba menggunakan kata-kata dan tindakan provokatif untuk memimpin orang-orang melawan Daud, raja yang dipilih oleh Allah. Dia meniup trompet dan menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan bagian dari Daud atau warisan dari keturunan Isai. Hasilnya, banyak orang Israel yang mengikuti Seba, sedangkan orang-orang Yehuda tetap setia kepada raja.
Seba adalah contoh nyata orang yang memiliki agenda pribadi dan menggunakan teknik manipulasi untuk mencapai tujuannya. Dia membutuhkan dukungan orang lain untuk mewujudkan ambisi pribadinya, dan dia menggunakan trompet sebagai alat provokatif. Kondisi seperti ini masih terjadi di zaman modern sekarang ini, bahkan tambah marak, terutama dengan penggunaan media sosial sebagai sarana untuk membangun opini dan menghasut orang lain.
Orang-orang seperti Seba membangun komunitas berdasarkan kebencian, kecemburuan, atau sakit hati pribadi. Mereka menyalurkan emosi negatif mereka dengan menghasut orang lain dan menciptakan konflik. Mereka mencoba mengumpulkan massa untuk melawan orang yang tidak mereka sukai atau lawan mereka. Bagi orang Krsiten, mereka lupa akan nilai-nilai hukum kasih yaitu pengampunan dan belas kasihan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dengan cara yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari dan di era digital ini, kita wajib menjaga hati dan pikiran agar tidak terpengaruh oleh provokasi atau manipulasi. Bangunlah karakter yang mencerminkan kasih, belas kasihan, dan pengampunan.
Pada saat konflik muncul, bergeraklah di dalam kasih dan pengampunan, bukan pada amarah dan pembalasan. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi penerang di tengah dunia yang penuh dengan kebencian dan perpecahan. Sebab itu hanya akan mempertajam konflik. Mereka menghancurkan ikatan persaudaraan dan merusak keharmonisan. Sebagai ganti, mari kita menjalin hubungan dengan mengasihi, mendengarkan, dan mencari pemahaman. Kasih adalah kekuatan yang mampu menyembuhkan, mempersatukan, dan mengubah dunia.
Mari kita belajar dari kisah Seba untuk tidak menjadi orang yang memprovokasi dan terprovokasi atau bergabung dalam “gerombolan” orang yang sakit hati. Kita harus menjadi orang yang menebarkan kasih Tuhan, menjaga hati kita dari kebencian, dan berusaha mencari kedamaian dalam segala situasi. (DH)
Questions:
1. Mengapa sosmed itu dapat menjadi positif atau negatif?
2. Bagaimana kita bisa memakai sosmed dengan bijak?
Values:
Sosmed adalah pisau yang berguna untuk kebutuhan rumah tangga, tapi juga bisa untuk membunuh sesama.
Kingdom Quotes:
Di tangan tentara surgawi, sosmed adalah medan untuk menyebarkan kasih Kristus.