Penyembah Yang Sejati | Ps. Abraham Laisina

Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:24)

Bapa mencari penyembah yang menyembah dalam roh dan dalam kebenaran. Dia tidak merindukan penyembahan tapi merindukan penyembahnya, karena pada saat ada seorang penyembah maka pasti ada penyembahan. Penyembahan sudah ada bahkan sebelum segala sesuatu diciptakan.

Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian! Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? Bukankah engkau mengetahuinya?  —  Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukur padanya? Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai? (Ayub 38:4-7)

Di mana ada hadirat Tuhan, maka di sana ada penyembahan. Di mana sang Raja hadir, maka Raja itu harus disembah. Tuhan mencari para penyembah, kata ‘mencari’ berbentuk present tense artinya sekarang. Penyembahan adalah hal yang tidak boleh berhenti di mata Tuhan. Banyak dari kita berkata “Tuhan aku rindu, aku haus dan lapar akan Engkau”. Tapi apakah kita pernah berpikir bahwa Tuhan juga rindu, haus dan lapar akan keberadaan kita sebagai penyembah? 

Penyembahan dari hati kita yang terdalam adalah bagaikan air yang memuaskan rasa dahaga Tuhan, karena itu penyembahan kita harus selalu segar dan baru. Air yang terus diam dalam satu kolam, tidak dialirkan maka akan berbau. Karena itu kita harus terus menerus menyembah Tuhan dan membiarkan sungai penyembahan itu mengalir. Di kemah Daud penyembahan berjalan terus menerus 24 jam setiap hari tanpa henti, karena Daud mengerti hatiNya Tuhan. Dalam kitab Mazmur ia berkata “Berkatilah Tuhan hai jiwaku, aku akan memberkati Tuhan selamanya. Pujian kepadaNya ada di mulutku sepanjang hari”. Bahkan di tengah waktu yang sulit ia tetap berkata “aku tetap memuji dan memberkati Tuhan”. Ketika kita menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka Tuhan akan melepaskan pewahyuan kepada kita.

Beberapa kebenaran Firman Tuhan tentang penyembahan:

Kisah di saat Yesus bertemu perempuan Samaria (Yohanes pasal 4). Perempuan ini diajarkan oleh nenek moyangnya bagaimana cara menyembah dan dimana harus menyembah. Bangsa Samaria adalah ras campuran antara bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa di sekitarnya, mereka adalah orang-orang yang paling miskin dan lemah yang ditinggalkan saat bangsa Yahudi dibuang ke Babel. Orang Yahudi membenci orang Samaria karena dianggap tidak sanggup menjaga tradisi Yahudi. Orang Samaria tadinya menyembah di Bait Allah, namun karena Bait Allah pada masa penawanan telah dihancurkan akhirnya mereka menyembah di gunung.

Pada awalnya perempuan itu menyebut Yesus hanya sebagai orang Yahudi “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” Namun Yesus menjawab dengan hikmat: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Tiba-tiba ada sesuatu yang berubah dalam diri perempuan itu. Awalnya ia berkata “engkau orang Yahudi”, lalu meningkat menjadi “tuan”. Yesus membuat ia sangat haus akan air kehidupan dan melanjutkan dengan kata-kata hikmat: “panggil suamimu”. Ternyata perempuan ini punya masalah yang diketahui Yesus, sehingga penyebutannya meningkat menjadi “nabi”.

Bagi wanita ini penyembahan adalah sebuah tradisi atau sebuah ritual. Tetapi Yesus menjawab bahwa saatnya akan tiba, penyembahan bukan sekedar bersifat tradisi, fisik, geografis dan ritual, bukan suatu gaya menyanyi tertentu, dan sebagainya. Tetapi penyembahan harus dilakukan dalam roh dan dalam kebenaran, karena roh manusia berkomunikasi dengan roh Tuhan. Penyembahan yang sejati tidak dapat dibatasi oleh apapun.

Kata penyembahan disebutkan pertama kali dalam kitab Kejadian.  

Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang (worship), sesudah itu kami kembali kepadamu.” (Kejadian 22:5)

Ishak adalah anak yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham. Setelah masa penantian yang panjang selama 25 tahun, anak tersebut diberikan oleh Tuhan. Namun kemudian anak tersebut diminta kembali oleh Tuhan. Abraham tidak berdebat dengan Tuhan, ia tidak bertanya kepada istri atau kepada teman-temannya tentang pendapat mereka ketika ia disuruh mempersembahkan Ishak. Abraham sadar bahwa Tuhan sedang menguji dirinya, apakah ia lebih mengasihi sang Pemberi daripada pemberianNya.

Berapa banyak dari kita yang telah menerima yang terbaik dari Tuhan dan Tuhan berkata “Kembalikan, sebagai korban”. Tuhan memerintahkan “persembahkan kepadaKu”. Tuhan tidak pernah minta ijin kepada Abraham. Tuhan memerintahkan kepada Abraham, karena ia adalah Raja.

Salah satu barang yang dibawa saat itu adalah api. Saat anda menyembah Tuhan biarkan api kegairahan itu selalu ada di hati anda. Di tempat yang ditunjukkan, Abraham membangun sebuah mezbah. Lalu ia tempatkan kayu dengan rapi di mezbah itu, dan ia letakkan Ishak di atasnya. Abraham mengulurkan tangannya dengan pisau, namun malaikat Allah tiba-tiba berteriak: “Abraham, Abraham”. “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”

Bagi Abraham, penyembahan itu adalah berserah total dan memberikan apa yang paling dia kasihi. Apa yang paling kita kasihi atau yang paling berharga bagi kita, yang mau kita serahkan di mezbahNya Tuhan? Ini merupakan pilihan yang harus kita buat.

Daud pernah berpuasa agar anaknya yang sakit sembuh dan ia berpuasa. Anaknya tidak sembuh tetapi mati. Namun ketika anaknya mati, ia berdiri, mencuci mukanya dan mengganti bajunya, dan ia menyembah Tuhan. Bagi Daud, menyembah adalah menunggu kata-kata Tuhan bahwa anaknya akan hidup, dan Tuhan menjawab “tidak”, namun Daud tetap menyembah Tuhan.

Jangan pernah ijinkan keadaaan di luar anda untuk mengubah penyembahan anda. Biarlah penyembahanmu selalu baru dan segar, mari kita kembali kepada hati penyembah. Mata dari penyembah sejati hanya mencari satu hal, yaitu mencari Yesus, karena kita akan menjadi seperti apa yang kita lihat. Kerinduan seorang penyembah hanya satu, yaitu menjamah Yesus, memeluk Yesus. Mulut seorang penyembah sejati hanya menginginkan satu hal, yaitu untuk mendeklarasikan perbuatan Tuhan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Hati seorang penyembah sejati hanya mau satu hal, yaitu untuk mengasihi, menyukakan, meninggikan dan menyembah Yesus. Kehidupan seorang penyembah sejati hanya satu, yaitu untuk mencerminkan kehidupan Yesus di muka bumi supaya Yesus dikenal oleh semua orang.

Teruslah menjadi penyembah sejati, apapun keadaan saudara, jangan pernah menyerah, tapi tetap bangkit utk menyembah Tuhan. Amin. (VW)