PERBEDAAN PERSPEKTIF

PERBEDAAN PERSPEKTIF 

Bacaan Setahun: 
Ester 4-7,Mzm. 64 ,Amsal 27 

“Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: “Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!” Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: “Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.” (Bilangan 13: 30-31).

Dalam kehidupan berorganisasi ataupun berkeluarga, sering terjadi perselisihan pendapat. Perselisihan terjadi karena masing-masing memiliki pendapat yang berbeda, namun keduanya merasa benar. Bagaimana bisa terjadi dua orang yang memiliki pendapat berbeda namun merasa masing-masing benar? Jika kita mengacu pada kaidah keilmuan Matematika dan Fisika, maka tidak mungkin terdapat dua pendapat yang berbeda namun keduanya benar. Oleh sebab itu, Matematika dan Fisika disebut ilmu pasti.

Hal yang membuat dua orang berselisih pendapat namun merasa masing-masing benar adalah karena PERBEDAAN PERSPEKTIF. Sebagai contoh, seorang Sales sepatu bernama A tidak ingin menjual sepatu ke sebuah daerah di mana penduduknya rata-rata tidak terbiasa memakai sepatu. Namun, Sales B memutuskan hal yang berbeda, yaitu ia secara intensif melakukan penjualan ke daerah di mana penduduknya belum terbiasa bersepatu. Mana dari kedua keputusan mereka yang benar? Keduanya benar menurut presepsi mereka masing-masing.

Lalu, pertanyaannya adalah, bisakah perbedaan perspektif disamakan? Perspektif adalah perbedaan sudut pandang, sehingga sulit untuk disamakan. Perbedaan perspektif bisa terjadi karena perbedaan cara berpikir, perbedaan tujuan, perbedaan latar belakang, perbedaan keberanian, perbedaan pendidikan, perbedaan umur, perbedaan motivasi hati. Setiap perbedaan menghasilkan perspektif yang berbeda.

Sebagai refleksi pada hari ini di kota Surabaya, setelah wabah Covid, terjadi gelombang perubahan dalam dunia Pergerejaan. Beberapa gereja yang dipimpin oleh Pendeta usia relatif muda mengalami pertumbuhan pesat. Mengapa? Mereka memulai lebih awal, mereka berani melakukan perubahan, mereka lebih fleksibel, mereka ramah, dan sudah siap dengan dunia media sosial. Apakah gereja yang dipimpin oleh Pendeta generasi senior salah? Tentu tidak, mereka memiliki perspektif yang sangat hati-hati, mereka merasa ter-establish, mereka kaku, dan mereka gagap dalam menyikapi media sosial.

Apakah gereja yang dipimpin oleh generasi senior tidak berusaha melakukan perubahan? Tentu mereka berusaha melakukan perubahan, namun karena perspektif mereka yang ‘out of date’, perubahan yang mereka lakukan tidak signifikan. Tanpa melakukan perombakan yaitu menyiapkan dan mengikutkan peran pemimpin generasi muda, maka bau kematian akan makin merebak. (DD)

Questions:
1. Mengapa bisa terjadi perselisihan?
2. Apa penyebab perbedaan perspektif? Bisakah perbedaan perspektif disamakan?

Values:
Warga Kerajaan sadar perbedaan cara berpikir bisa terjadi jika tingkat kedewasaan rohani berbeda.

Kingdom Quotes:
Cara berpikir dunia berbeda dengan cara berpikir sorga, contohnya pemimpin cara dunia memberi komando, pemimpin cara sorga melayani.