PERIL IN THE WILDERNESS (BAHAYA DI PADANG GURUN) | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

(24) Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! (25) Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. (26) Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. (27) Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
(1 KORINTUS 9:24-27)

Menurut penanggalan Yahudi, tahun ini adalah tahun 5780, angka 80 dilambangkan dengan huruf p (pei). Makna huruf  pei adalah simbol mulut (hp- pei he; baca peh ). Suatu peringatan buat kita bahwa apapun keadaannya kita harus tetap mengucap syukur dan bisa mengendalikan mulut untuk hal-hal yang berkenan kepada Tuhan. Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Korintus untuk mereka bisa melatih tubuh mereka dan menguasainya seluruhnya karena hidup ini ibarat sebuah pertandingan. Dalam sebuah gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah. Seorang pelari akan berlari begitu rupa dan seorang petinju tidak akan sembarangan saja memukul untuk memperoleh kemenangan.

Jika kita mempelajari dalam ayat-ayat selanjutnya (1 Korintus 10:1-14) Rasul Paulus juga menunjukkan bagaimana sejarah perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan di Mesir sebagai suatu peringatan bagi jemaat di Korintus dan semua orang percaya bahwa sekalipun kita mengalami mujizat Tuhan bukan jaminan akan memperoleh kemenangan jika kita tidak melatih hidup kita dengan tetap setia kepada Tuhan dan berpegang kepada perintah-perintah-Nya.

Tuhan ingin agar setiap orang percaya menjadi pemenang kehidupan, atas kehendak-Nya terkadang Ia melatih kita melalui padang gurun untuk merendahkan hati kita dan untuk mengetahui apa yang ada dalam hati kita, yakni apakah kita berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Segenap Perintah Tuhan yang kita lakukan dengan setia akan membawa kita kepada kehidupan sehingga hidup kita semakin berbuah dan mampu menerima janji-janji Tuhan.

Hidup ini ibarat juga sebuah perjalanan, perjalanan Bangsa Israel keluar dari Mesir sebagai suatu peringatan dimana mereka berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut, mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut, mereka semua makan makanan rohani yang sama, mereka semua minum minuman rohani yang sama tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.

Bahaya di padang gurun bukanlah kekurangan air dan makanan, cuaca yang extrim atau serangan ular  beludak dan kalajengking tetapi kebosanan, bersungut-sungut, tidak bisa mengucap syukur dan memberontak kepada otoritas. Tuhan sengaja melawatkan bangsa Israel melintasi padang gurun untuk  merendahkan hati bangsa Israel dengan membiarkan mereka lapar dan memberi mereka makan manna, yang tidak dikenal untuk membuat mereka mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang difirmankan Tuhan. Pakaian mereka tidaklah menjadi buruk di tubuhnya dan kakinya tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun perjalanan. Tuhan ingin mengajari bangsa Israel seperti seseorang ayah yang mengajari anaknya (Ulangan 8:1-5)

Kesalahan bangsa Israel adalah mereka merasa bosan terhadap roti manna yang telah Tuhan sediakan, mereka bersungut-sungut ketika kekurangan air dan mereka memberontak terhadap Musa sehingga semua dari mereka gagal masuk ke tanah yang Tuhan janjikan. Dari sekitar dua juta orang yang keluar dari Mesir, hanya dua orang saja yang berhasil masuk ke tanah perjanjian yaitu Yosua dan Kaleb.

Untuk memperingati seluruh perjalanan bangsa Israel melalui padang gurun, sampai saat ini mereka masih merayakan hari raya Sukot atau biasa disebut juga dengan Hari Raya Pondok Daun. Pada perayaan ini orang-orang  Yahudi akan tinggal di pondok-pondok yang terbuat dari dedaunan dan ranting. Mereka juga membawa  Etrog (buah lemon), Lulav (daun pohon korma), Hadass (dahan pohon murad) dan Aravah (dahan-dahan pohon gandarusa) – (Imamat 23:40). Dari rasa dan baunya, dimana rasa menggambarkan karakter baik dan bau adalah karisma maka keempat bahan tersebut juga menggambarkan empat macam tipe manusia. Etrog memiliki rasa dan bau gambaran seseorang yang berkarakter dan berkarisma, lulav memiliki rasa tetapi tidak berbau gambaran seseorang yang berkarakter baik tetapi kurang memiliki karisma, hadass memiliki bau yang harum tetapi tidak memiliki rasa gambaran seseorang yang berkarisma tetapi karakternya buruk dan aravah tidak berasa dan tidak berbau gambaran seseorang yang tidak berkarakter dan tidak berkarisma.

Hari-hari ini, apapun keadaan kita jika Tuhan sedang menghendaki untuk melintasi padang gurun tetaplah setia memegang segala perintah-Nya supaya kita hidup dan bermultiplikasi serta menduduki tanah yang Tuhan janjikan. Tuhan ingin agar kita tetap rendah hati dan mengerti bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita dan membiarkan kita berjalan sendiri. Setiap proses yang ada dalam hidup kita akan membuat karakter kita menjadi unggul dan siap masuk ke tanah perjanjian, yaitu suatu negeri yang baik, yang berlimpah susu dan madu serta tidak berkekurangan sebagai tujuan akhir perjalanan hidup kita (Ulangan 8:7-10).

Karakter yang unggul akan membuat kita berhati-hati supaya jangan melupakan TUHAN dan tetap berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya serta tidak menjadi sombong karena Tuhanlah yang memberikan kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub sampai saat ini  (Ulangan 8:13-20).  Amin. (RCH).