PERPULUHAN DAN PERZINAHAN

PERPULUHAN DAN PERZINAHAN 

Bacaan Setahun: 
Mzm. 89 , Luk. 2 

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” (Matius 23:23)

Perpuluhan atau persembahan sepersepuluh dari penghasilan menjadi polemik yang menarik. Persembahan persepuluhan telah menjadi perintah yang lazim terutama di Gereja yang beraliran Pentakosta. Ada apa dengan perpuluhan? Mengapa Yesus, pada ayat bacaan hari ini marah kepada orang Farisi yang taat dan bahkan sangat detail memberi perpuluhan dari hasil ladangnya?

Sejarah persembahan perpuluhan, dimulai sebagai kewajiban yang dilakukan bangsa Israel . Hal ini dilakukan karena suku Lewi, salah satu dari 12 suku Israel yang tidak di perbolehkan bekerja dan bercocok tanam. Suku Lewi bertugas di bait Allah dan bertugas mengurus berbagai masalah Hukum dan Sosial yang terjadi di tengah bangsa Israel. Perpuluhan adalah jaminan sosial yang diberikan sebelas suku untuk suku Lewi, yatim piatu dan orang asing. Kesebelas suku harus memberikan 10 persen dari hasil kebun dan ladangnya sebagai jaminan sosial khususnya bagi suku Lewi.

Jadi perpuluhan adalah perintah di masa Perjanjian Lama, sama halnya dengan perintah ‘Jangan berzinah’ di dalam Sepuluh Perintah Allah. Lalu bagaimana sikap orang Kristen yang benar menyikapi polemik yang terjadi saat ini?

Sebagai orang Kristen seharusnya kita tahu bahwa semua perintah di dalam Hukum Taurat dan Hukum di Perjanjian Lama telah digantikan dengan Hukum Kasih. Arti sederhananya perilaku kita tidak lagi diatur oleh hukum yang ada ‘di luar’ tetapi oleh Kasih Kristus yang telah yang ada di dalam diri kita yang telah menebus kita dari kuasa dosa dan kuasa maut. “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” (Roma 8:1-2)

Didalam ‘hukum kasih’ standar dosa dan pahala lebih berat dibanding hukum Taurat, standarnya bukan lagi jika kita ‘melakukan’ menjadi berdosa atau berpahala, tetapi jika kita baru ‘berniat’ bisa menjadi berdosa atau berpahala. Hal ini seperti yang Yesus katakan: “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Matius 5:27- 28)

Seperti halnya perintah ‘jangan berzinah’, maka perintah berilah ‘perpuluhan’ seharusnya tidak lagi menjadi hukum yang dinilai saat melakukan atau tidak melakukan, atau seberapa besar tingkat dan besaran yang telah dilakukan. Tetapi seberapa dalam ‘niatan baik’ atau ‘niatan buruk’ yang menginisiasi perbuatan tersebut.

Jadi kesimpulannya, apakah secara khusus dan masif berzina perlu dilarang? Atau memberi perpuluhan secara khusus dan masif perlu diperintahkan? Yang kemudian lebih afdolnya larangan dan perintah ini disertai dengan berbagai ancaman hukuman dan janji manis pahala? Perlukah dilakukan demikian di gereja? Kalau jawabannya ‘masih perlu’, maka sebenarnya pemberitaan Kuasa Salib Kristus yang sanggup merubahkan motif hati manusia belum dipahami secara paripurna baik oleh para rohaniawan maupun jemaat di Gereja. Semoga tercerahkan! (DD)

Questions:
1. Di dalam PL mengapa suku Lewi harus menerima perpuluhan dari kesebelas suku yang lain?
2. Mengapa Hukum Taurat digantikan Hukum Kasih?
Values:
Sebagai warga Kerajaan Allah semua perbuatan kita digerakkan oleh kesadaran akan kasih Kristus yang telah berkorban di kayu Salib.

Kingdom’s Quotes:
Setiap persembahan bagai benih yang hidup jika diberikan bukan karena hukum dan kewajiban tetapi karena kasih dan kerelaaan.