PERSIAPAN DAN PERSEDIAAN DI DALAM MASA PENANTIAN
Bacaan Setahun:
Luk. 20:27-47, Kej. 37,Mzm. 28
”Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datangdatang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.” (Matius 25:1-5)
Nats pembuka renungan hari ini terambil dari kisah 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana. NDikisahkan dalam perumpamaan tentang Kerajaan Sorga, bahwa ketika 10 gadis ini menantikan kedatangan mempelai pria, ternyata 5 gadis membawa pelita dengan persediaan minyak, sedangkan 5 gadis lagi membawa pelita namun tidak membawa persediaan minyak. Sebegitu pentingkah pelita dan persediaan minyak dalam menantikan kedatangan Sang Mempelai, sehingga Yesus harus memakai perumpamaan ini untuk membuka mata rohani kita?
Zaman dulu, ada suatu kebiasaan yang kadang-kadang dilakukan di antara orang-orang Yahudi pada peristiwa perkawinan, yaitu mempelai laki-laki datang dengan ditemani sahabatsahabatnya pada jauh malam ke rumah pengantin perempuan yang menantikannya. Sang pengantin perempuan itu juga ditemani oleh sejumlah pengiring perempuan. Ketika ada pemberitahuan bahwa mempelai laki-laki sudah hampir tiba, para pengiring perempuan ini harus pergi menyongsong kedatangan mempelai laki-laki dengan membawa pelita untuk menerangi jalan mempelai laki-laki menuju rumah pengantin perempuan dengan disertai berbagai upacara dan acara resmi, untuk merayakan perkawinan ini dengan penuh sukacita. Jadi, Yesus tidak sekedar memberi perumpamaan kepada para murid yang bersamaNya pada saat itu, ada fakta tradisi yang melatarbelakangi perumpamaan tersebut. Jadi, masuk akal ketika Yesus memberitahukan kepada para murid untuk memiliki persiapan dan persediaan di dalam masa penantian.
Jujur, hal yang paling tidak disukai manusia adalah menanti. Apalagi kalau sudah dijanjikan sesuatu hal, tetapi masih disuruh mananti, pasti tidak sabar ingin segera yang dijanjikan terealisasi. Betul? Pertanyaannya, jika Tuhan yang berjanji akan datang kembali menjemput kita, apakah kita masih sabar menanti? Apakah kita memiliki persiapan dan persediaan di dalam masa penantian? Akhir zaman sedang kita jalani, namun belum sampai pada kesudahannya. 85% apa yang dinubuatkan Firman Allah sudah tergenapi, sisanya 15% sedang kita jalani dan ada di depan mata kita. Bagaimana kita mempersiapkan kedatanganNya? Apakah kita seperti 5 gadis yang bijaksana, membawa pelita dan persediaan minyak? Atau sebaliknya, kita seperti 5 gadis bodoh yang memang kelihatannya membawa pelita namun ternyata tidak memiliki persediaan minyak? Banyak orang gugur di masa penantian, karena mereka tidak memiliki persiapan dan persediaan. Mereka menganggap masih ada hari esok, masih lama, akhirnya banyak waktu yang mereka habiskan siasia, sehingga ketika hari itu tiba, mereka kelabakan, panik, dan berusaha mencari pertolongan, namun waktunya sudah habis, mereka sudah tidak memiliki kesempatan.
Mari memilih seperti 5 gadis yang bijaksana, meski kita tidak pernah tahu kapan Sang Mempelai pria datang, namun kita selalu siap sedia. Kita memiliki persiapan dan persediaan, kita bisa dengan penuh sukacita menyambut kedatangan Yesus kali kedua di atas awan tanpa ketakutan dan keraguan. (LA)
Questions:
1.Menurut Anda, seberapa pentingkah sebuah persiapan dan persediaan di dalam menantikan kedatangan Sang Mempelai, Tuhan Yesus Kristus?
2. Mengapa banyak orang bisa gugur di dalam masa penantian?
Values:
Menanti di dalam kesabaran memang pada akhirnya akan berbuah manis, namun lebih manis lagi apabila penantian kita berujung sukacita, bukan dukacita. Belajarlah dari kisah 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana.
Kingdom’s Quotes:
Persiapan tanpa persediaan, itu sama seperti tentara yang pergi ke medan perang membawa senjata tanpa amunisi, kita sudah tahu akhir ceritanya akan seperti apa.