PETRUS LEMAH AKHIRNYA KUAT
Bacaan Setahun:
Yeh. 47-48 , Wahyu 22
“Kemudian, Petrus menarik Yesus ke samping, menegur-Nya, dan berkata, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu dari Engkau! Hal ini tidak akan pernah terjadi pada-Mu.” Akan tetapi, Yesus berbalik dan berkata kepada Petrus, “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai Setan! Kamu adalah batu sandungan bagi-Ku sebab engkau tidak menetapkan pikiranmu pada hal-hal dari Allah, melainkan hal-hal dari manusia” (Matius 16:22, 23)
Kisah Petrus adalah salah satu yang paling ikonik dalam Perjanjian Baru. Ia adalah salah satu murid paling dekat dengan Yesus dan sering menjadi juru bicara para murid. Petrus awalnya membuat pengakuan iman yang hebat. Ketika Yesus bertanya kepada para murid-Nya tentang siapakah Dia, Petrus dengan penuh keyakinan menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Matius 16:16). Ini adalah momen penting di mana Petrus dengan jelas mengakui identitas Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup.
Namun, perjalanan Petrus tidak berhenti di sini. Ketika Yesus mulai menjelaskan bahwa Ia harus menderita dan mati, Petrus merasa perlu untuk menegur-Nya. Ia bahkan menarik Yesus ke samping dan mencoba meyakinkan-Nya untuk menghindari jalan salib tersebut. Namun, reaksi Yesus sangat tegas. Ia mengatakan kepada Petrus, “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai Setan! Kamu adalah batu sandungan bagi-Ku sebab engkau tidak menetapkan pikiranmu pada hal-hal dari Allah, melainkan hal-hal dari manusia” (Matius 16:23)
Petrus adalah contoh seorang yang beriman namun dapat mudah berubah. Petrus memiliki pengakuan iman yang kuat, tetapi ketika dihadapkan pada pemahaman bahwa Mesias harus menderita, ia sulit untuk menerima fakta ini. Konsep Mesias yang menderita dan mati bukanlah konsep yang umum di kalangan orang Yahudi, termasuk Petrus. Inilah saatnya ketika paradigma pikiran Petrus diuji dan masih belum sepenuhnya mengenal Kristus dalam segala aspek-Nya.
Namun, setelah Yesus bangkit dan Roh Kudus turun, Petrus mengalami transformasi yang luar biasa. Ia penuh dengan Roh Kudus dan mulai berkhotbah dengan kuasa di hari Pentakosta. Petrus yang lemah dan ragu-ragu menjadi Petrus yang berani dan percaya.
Puncak pengabdian Petrus adalah ketika ia mati sebagai seorang martir. Menurut tradisi, ia disalibkan secara terbalik karena merasa tidak pantas untuk mati dengan cara yang sama seperti Gurunya. Itulah bukti nyata bahwa Petrus mencintai Tuhan dan ia berkorban sampai mati karena iman-Nya. (DH)
Questions:
1. Bagaimana kita dapat mengidentifikasi dan mengatasi saat-saat ketika iman dan pemahaman kita tentang Tuhan diuji atau berubah, seperti yang dialami oleh Petrus?
2. Bagaimana pertobatan dan pertumbuhan iman kita dapat memengaruhi cara kita melayani Tuhan dan orang lain dalam hidup kita sehari-hari?
Values:
Pengakuan iman adalah awal perjalanan, namun pertobatan dan pertumbuhan iman adalah perjalanan seumur hidup.
Kingdom Quotes:
Sejauh apa pun kita telah jatuh, kita selalu memiliki kesempatan untuk bangkit, bertobat, dan mengalami pertumbuhan iman kita.