Bacaan Setahun:
Kej. 27
Luk. 19
RAISE THE STANDARD
“Angkat kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah, hai pintu-pintu abadi, supaya Raja Kemuliaan masuk. Siapa Raja Kemuliaan itu? TUHAN semesta alam, Ia adalah Raja Kemuliaan. Sela.” Mazmur 24:9-10
Saat ini kita masih menjalani sebuah situasi pandemic. Ada banyak perubahan standar hidup terjadi. Yang paling mencolok adalah akhirnya kita harus terbiasa dengan Standar kesehatan, (kebersihan, gizi makanan, olahraga, istirahat, dan seterusnya), standar ekonomi (hemat, sederhana), standar relasi (family time), standar belajar, dan sebagainya. Pemerintah Indonesia sendiri menetapkan sebuah standar kehidupan baru di era pandemic ini dengan istilah New Normal.
Standar berbicara mengenai sebuah kualitas yang diharapkan, dan cara melakukan (prosesnya). Dalam perusahaan, khususnya yang bergerak pada proses, menganut tahapan proses paling sederhana sebagai berikut: Input – Proses – Output. Jika ingin hasil berkualitas dicapai maka seluruh tahapan ini harus dilakukan dengan standar yang tinggi.
Firman Tuhan yang kita baca hari ini, mengajarkan pada kita sebuah metafora, bahwa Allah sebagai pribadi Sang kehormatan, kemuliaan yang akan memasuki gerbang Kerajaan. Agar kemuliaan itu masuk, maka perlu pintu “standar”nya harus diangkat setinggi mungkin. Karena hanya jika terangkat sedikit maka Sang Raja, Sang Standar, Sang Kemuliaan, tidak mungkin bisa masuk dengan penuh kehormatan.
Pertanyaan refleksi bagi kita saat ini dalam masa pandemic ini adalah apakah standar atau kualitas yang lebih baik terjadi dalam kita? Atau jangan-jangan kita bahkan tidak pernah memiliki standar apapun dalam hidup kita. Akibatnya kita jadi pribadi Easy going, Permissive atau Alkitab menyebutnya dengan beberapa istilah yaitu diombang-ambingkan, goyah, bimbang. Sadarkah kita bahwa sebenarnya Allah juga memanggil kita bukan sekedar mengikuti standar, melainkan Allah memakai kita semua untuk menjadi acuan standar bagi dunia ini. “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Matius 5:13).
Hal ini bermakna bahwa jika gereja Tuhan tidak memberi standar kepada dunia ini, maka dunialah yang akan memberi standar. Beberapa standar melingkupi standar relasi, standar dalam berkarya, standar melayani, dan sebagainya. Gereja perlu mengajar jemaat untuk hidup dalam standar dan bukan sekedar mengajarkan tentang berkat. Salah satu standar Yesus dalam hal mengikuti DIA adalah bukan sekedar rajin beribadah pada hari Minggu, melainkan kesediaan pikul salib mengikuti DIA. Anda bersedia? (HA)
Questions :
1. Sudahkah kehidupan Anda sesuai standar yang ditetapkan Alkitab?
2. Apakah standar hidup Anda sudah memberi dampak sekitar Anda?
Values :
Allah memanggil kita bukan sekedar mengikuti standar, melainkan juga untuk menjadi acuan standar bagi dunia ini.
Level standar kita menunjukkan level kehormatan yang kita harapkan.