REVOLUSI MENTAL
Bacaan Setahun:
Mzm. 130 , Yer. 3-4
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna” (Roma 12:2)
Di awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, kita sering mendengar istilah “revolusi mental”. Presiden Joko Widodo melihat perlunya perubahan yang mendasar dalam pikiran masyarakat di Indonesia, yang menurutnya perlu mengalami revolusi. Arti revolusi itu sendiri adalah perubahan sosial dan budaya yang terjadi dengan cepat dan melibatkan aspek-aspek dasar kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, revolusi mental adalah perubahan yang cepat dan mendasar dalam pikiran, terutama bagi mereka yang memiliki kekuasaan. Ini melibatkan mentalitas pengabdian sebagai pelayan masyarakat, mentalitas sebagai pejabat yang bersih dan tidak korup, serta bekerja dengan tanggung jawab dan etos kerja yang tinggi. Ini berarti perubahan fundamental dari seorang abdi masyarakat yang awalnya cenderung egosentris, yaitu mementingkan diri sendiri untuk mendapatkan keuntungan dengan cara mudah, menjadi lebih mementingkan orang lain, yaitu melayani dan berkorban.
Perubahan mental yang baik harus dimulai dengan contoh teladan, terutama dari Presiden Joko Widodo sebagai pencetus revolusi mental. Karena seperti pepatah mengatakan, “kepala ikanlah yang membusukkan”, artinya perubahan yang baik dimulai dari pemimpin. Jika pemimpin mempunyai integritas, pengikutnya pun akan berbuat baik. Namun, perubahan mental tidaklah semudah disloganisasi. Ada dua hal yang perlu dilakukan.
Pertama, perubahan dalam cara berpikir, dari berpusat pada diri sendiri menjadi berpusat pada orang lain. Ini berarti tidak mencari kepentingan sendiri atau pengakuan yang siasia. Sebaliknya, kita harus rendah hati dan menganggap orang lain lebih penting daripada diri sendiri. Jangan hanya memperhatikan kepentingan pribadi, tetapi juga kepentingan orang lain.
Kedua, latihan dan tindakan yang berulang-ulang untuk berbuat baik yang mengutamakan orang lain. Disiplin ini seharusnya diajarkan sejak usia dini, seperti di Jepang atau beberapa negara maju lainnya. Sejak kecil, anak-anak dididik dan dilatih untuk menghormati orang yang lebih tua, memberikan tempat duduk di bus kepada orang yang lebih tua, disiplin dalam waktu dan janji, serta menempatkan sampah pada tempatnya, antre dengan tertib, dan sebagainya. Dengan demikian, semua ini akan menjadi alami tanpa paksaan. Revolusi mental ini harus dimulai dari diri kita sendiri, tanpa perlu iri pada orang lain yang belum mengalami perubahan. (DD)
Questions:
1. Apa itu revolusi mental? Mengapa perlu dilakukan revolusi mental?
2. Bagaimana cara melakukan revolusi mental?
Values:
Bagi warga Kerajaan, perubahan mental yang baik sebaiknya dimulai sejak usia muda dan terus dilakukan.
Kingdom Quotes:
Tanpa teladan dari pemimpin, perubahan yang signifikan sulit terjadi pada bawahan.