SEBERAPA MAHAL RUMAH DI SEKITAR ‘GEREJA’?
Bacaan Setahun:
Bil. 30-31
Ef. 1
“Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan …” (2 Korintus 2:15-16b)
Beberapa waktu yang lalu ada sebuah tayangan dengan judul ‘Kenapa Rumah Dekat M4sj1d Harganya Anjlok?’, yang menyoal pernyataan sesorang pemimpin daerah yang membuat pernyataan seperti judul di atas. Dikatakannya bahwa ini adalah fakta jujur yang berlaku dalam masyarakat yang bukan hanya penilaian orang perorang, tetapi juga penilaian bank bahkan termasuk bank syariah yang agamanya sama. Intinya, harganya lebih murah bahkan cenderung tidak laku karena tidak disukai karena tidak nyaman dan seterusnya. Alasannya tentu saja kita sudah taulah tidak perlu dibahas lagi.
Yang lebih menarik dibahas adalah, bagaimana dengan tempat ibadah Kristen yang kita sebut ‘gereja’. Seberapa mahalkah rumah yang ada di sekitarnya? Memang belum jelas seberapa mahal, tetapi setidaknya belum ada kasus seperti isue di atas. Yang ada, malah pelarangan tetapi karena alasan fanatisme agama yang subyektif dari segelintir orang tertentu. Tetapi secara umum, kita justru harus introspeksi seberapa bermanfaatkah kehadiran gereja di tengah masyarakat khususnya sebagai kaum minoritas?
Kehadiran tempat ibadah tentu saja merupakan representasi dari aktivitas umat agama tersebut. Kalau aktivitas keagamaan mendatangkan ketidaknyamanan semisal suara bising, masalah perparkiran dan sebagainya, maka tentu saja masyarakat sekitar akan merasa terganggu dan merasa tidak nyaman. Akibatnya kalau gereja tidak bisa digusur, maka nilainya akan anjlok. Dan lebih spesifik berlaku juga kepada pribadi kita sebagai orang Kristen di sekitar tempat tinggal. Apakah kehadiran kita mencemari lingkungan? Kendaraan atau tanaman atau sampah kita apakah mengganggu tetangga? Minimal seharusnya itu tidak terjadi, lalu selanjutnya adakah kehadiran kita membawa manfaat positif atau tidak.
Umumnya orang-orang normal dan biasa-biasa saja tidak berbeda dengan yang lain. Namun sudah seharusnyalah rumah tangga Kristen standarnya lebih tinggi dalam hal kebersihan, kerapihan, keramahan, suka menolong sehingga terkenal baik dan menjadi bau keharuman di tengah masyarakat. Walaupun dari sisi iman, kita bisa saja sebagai kaum minoritas dan menjadi bau yang mematikan, tetapi dari sisi kemanusiaan sudah seharusnya tidak boleh ada alasan untuk ditolak di tengah masyarakat. Dengan demikian menjadi pribadi-pribadi (gereja) yang bernilai tinggi. Halleluyah. (LS)
Questions:
1. Coba introspeksi, adakah tetangga yang mengenal anda sebagai orang baik?
2. Adakah kontribusi positif paling tidak kepada 1 orang saja di sekitar tempat tinggal anda?
Values:
Sebagai warga Kerajaan, seharusnya kehadiran kita di suatu tempat akan menjadi dampak positif karena kehidupan kita cerminan-Nya.
Orang yang berkualitas pasti disukai dan dicari banyak orang.