Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (1 RAJA-RAJA 19:13)
Waktu begitu singkat dan kita harus sadar bahwa kita tidak bisa menunda-nunda lagi panggilan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan memanggil kita untuk membangun generasi. Ibarat membangun rumah, membangun generasi diperlukan fondasi yang kuat dengan alasan, tujuan dan rencana yang tepat sesuai kehendak Tuhan. Sebab tidak ada sukses tanpa adanya penerus. Dalam memilih penerus, kita tidak boleh asal pilih, melainkan harus tepat sesuai perintah Tuhan. Sebagai orang tua tentunya kita ingin anak-anak kita mengingat bagaimana perjalanan hidup kita mengikut Tuhan menjadi sebuah legacy bagi mereka. Bagaimana kita mengamankan generasi yang sudah kita pupuk sejak kita mengenal Kristus menjadi legacy yang indah? Dari kisah Nabi Elia dalam 1 Raja-raja 19:9-21 kita akan belajar beberapa hal bagaimana mengamankan generasi legacy yang telah Tuhan percayakan.
Nabi Elia adalah salah seorang Nabi yang hidup pada zaman pemerintahan Raja Ahab. Tuhan memanggil Elia untuk menyadarkan Bangsa Israel terhadap kemurtadan mereka kepada Allah dan menghancurkan penyembahan berhala yang dilakukan bangsa Israel. Nabi Elia benar-benar ada di tengah-tengah bangsa yang dipenuhi oleh kejahatan, menentang Tuhan serta melakukan penyembahan berhala. Tuhan mengurapi Elia untuk melakukan perkara-perkara besar dan ajaib bahkan di depan mata orang-orang yang tidak percaya Tuhan. Dia adalah saksi bagaimana Tuhan bertindak langsung kepada para penyembah Baal pada waktu itu. Dan dengan kuasa Tuhan, Elia mampu menurunkan api dari langit dan dia dengan berani menantang 450 nabi-nabi Baal serta membunuh dan menghabisi mereka semua (1 Raja-raja 18:20-46).
Setelah kemenangan itu Elia masuk ke dalam gua dan bermalam di situ. Maka firman Tuhan datang kepadanya, demikian: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” Jawabnya: “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.” Ternyata Elia mengalami depresi, merasa sendiri dan ketakutan akibat ancaman Izebel, istri Raja Ahab yang hendak membunuhnya. Peristiwa ini membawa Elia masuk dalam kisah kelam dimana ia kehilangan tujuan hidupnya yang semula. Elia mulai merasa depresi dan tertekan sehingga ia menyembunyikan diri, dan sampai dua kali Tuhan bertanya: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”
Jika saat ini kita sedang mengalami apa yang Elia alami, ada intimidasi yang sedang diarahkan kepada hidup kita sehingga kita merasa sendiri, mengalami ketakutan, kebiasaan makan mulai berubah, kebiasaan tidur berubah, kita mulai lelah, malas, pesimis atau seperti mau mati. Tuhanpun sedang menanyakan pertanyaan yang sama kepada kita:”Apakah kerjamu di sini?”. Suara dari Izebel membuat Elia seperti tertelan bumi, tetapi suara Tuhanlah yang membuat Elia bangkit muncul berjejak kembali di bumi kepada panggilannya sebagai Nabi Tuhan. Mari kita dengar suara Tuhan untuk bisa kembali kepada tujuan Tuhan dalam hidup kita. Kisah kelam akan berubah menjadi kisah terang ketika kita kembali kepada tujuan Tuhan.
Tuhan memiliki rancangan yang kuat dan hebat dan kita tidaklah terlalu kuat dan hebat untuk menghancurkan rancangan Tuhan dalam hidup kita. Karena itu ketika Elia merasa bahwa waktunya sudah habis, depresi dan putus asa, Tuhan memberikan 3 perintah baru kepada Elia (1 Raja-raja 19:15) untuk mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram, mengurapi Yehu menjadi raja atas Israel dan mengurapi Elisa bin Safat dari Abel-Mehola menjadi nabi menggantikan dia. Tuhan tahu apa yang Elia sedang alami oleh sebab itu Tuhan sudah mempersiapkan seorang penerus (New Emerging Leader) dalam hidupnya.
Kegagalan apapun tidak membuat Tuhan membuang kita, tetapi Tuhan sangat menghargai apa yang sudah kita lakukan. Kita harus tahu fondasi iman bahwa Tuhan yang memerintah atas hidup kita akan berbicara dan bangkit bersama kita. Ketiga perintah Tuhan ini adalah bukti bahwa Tuhan masih mau memakai hidup Elia sampai akhir hidupnya sehingga Elia bisa mengakhiri tugasnya dengan baik. Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat. Waktu Tuhan sangatlah tepat dimana Elia yang sudah merasa putus asa dipertemukan dengan Elisa yang mengalami kekosongan dalam hidupnya.
Elia melemparkan jubah kepada Elisa sebagai suatu tanda tindakan kultural adopsi saat itu dan tanpa berpikir dua kali Elisa-pun meninggalkan segalanya untuk mengikuti nabi asing tanpa jaminan masa depan dan menjadi pelayan dari nabi ini. Orang tua dan keluarga Elisa adalah seorang konglomerat pertanian. Tentunya Elisa adalah ahli waris dari semua harta keluarganya dan masa depannya akan terjamin. Elia menantang Elisa untuk mengambil keputusan dengan sigap ketika ia meminta ijin untuk pulang dahulu ke rumahnya. Elisa memilih sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Kita harus tahu bahwa harga mengikuti Yesus sangat mahal dan itu menjadi satu-satunya keputusan yang paling berharga dalam kehidupan seseorang. Elisa meninggalkan segalanya termasuk membakar alat bajak yang menjadi milik ayahnya, menyembelih lembu dan memasaknya serta berbagi berkat kepada orang-orangnya. Elisa mengikuti Elia dan bersedia untuk berkorban dan melayani.
Tuhan akan menentukan penerus (successor) dalam panggilan kita dengan mencari seseorang yang tersedia (available) dan setia (faithful). Panggilan mengikut Yesus adalah tujuan hidup yang utama bagi setiap orang percaya. Tidak ada rencana B yaitu berbalik kepada dunia. Memang ada harga yang harus dibayar untuk panggilan itu karena di luar Kristus hidup kita kosong. Tujuan Tuhan dalam hidup kita adalah melayani Dia dengan melayani sesama. Bangun hubungan dengan mentor kita yang otentik dan hasilkan sinergi yang langgeng melalui segala musim. Amin (RCH).