SELESAI DENGAN DIRI SENDIRI

SELESAI DENGAN DIRI SENDIRI 

Bacaan Setahun: 
Ul. 22-23 
Gal. 4 

“Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain” (1 Korintus 10:24).

Ada sebuah istilah yang saya sebut “selesai dengan diri sendiri.” Artinya orang tersebut telah matang atau dewasa sehingga siap untuk melahirkan generasi baru. Jika seorang telah “selesai dengan diri sendiri” ia tidak melakukan pencarian untuk keuntungan diri sendiri. Otomatis hanya satu tujuan hidupnya: untuk keberartian dan keuntungan orang lain, bukan untuk keberartian diri sendiri. Ia tidak lagi berpusat pada diri sendiri, apalagi mencari perhatian publik untuk diri sendiri.
Jika seorang ibu yang masih bersaing dengan anak gadisnya yang masih remaja di dalam cara berpakaian misalnya, maka ibu ini sebenarnya belum siap untuk mendidik dan mendewasakan anaknya, ia belum selesai dengan dirinya sendiri. Jika seorang ayah bertengkar dengan anak lelakinya dan saling berebut dalam bermain game maka sebenarnya ia belum dewasa, sebab ia bukan seorang ayah dalam arti sebenarnya. Ia seorang yang masih kekanak-kanakan dan belum selesai dengan diri sendiri. Kalau seorang pemimpin merasa tersaingi dengan bawahannya, maka organisasi yang ia pimpin tidak pernah akan berkembang, karena ia belum selesai terhadap diri sendiri.
Seorang yang belum selesai dengan diri sendiri dapat digambarkan seperti spon yang akan mengisap air yang ada di sekitarnya. Ia secara otomatis menjadi seorang “penerima” bukan seorang “pemberi”. Hanya orang yang telah selesai dengan diri sendiri yang bisa melayani dan bukan minta dilayani. Banyaknya konflik yang terjadi di rumah tangga menandakan bahwa suami maupun Istri, belum selesai dengan diri sendiri. Cinta pasangan ini masih cinta yang egois, cinta yang dangkal yang mengharapkan dilayani. Demikian juga di dalam suatu organisasi. Jika pertengkaran dan konflik sering terjadi, persoalan mendasarnya bukan hanya karena sistem atau peraturan di organisasinya yang jelek, tetapi juga faktor para pemimpinnya yang belum selesai terhadap diri sendiri. Yang menjadi masalah adalah tidak semua orang menyadari bahwa ia belum selesai dengan diri sendiri. Ia masih kekanak-kanakan. Ia masih suka dilayani daripada melayani. Ia masih suka mengorbankan orang lain dari pada mengorbankan diri sendiri.
Kesimpulannya, jika seorang belum selesai dengan diri sendiri ia belum dewasa. Ia belum matang dan tak mungkin menghasilkan banyak buah. Tak mungkin ia menjadi bapak yang mengayomi, apalagi meninggalkan warisan.(DD)

Questions:
– Apa maksud “sudah selesai diri sendiri?”
– Bisahkah ia menjadi bapak rohani bila ia belum selesai dengan diri sendiri?

Values:
Pencapaian seorang yang dewasa rohani di dalam kerajaan Sorga adalah ketika ia tak lagi ingin dilayani tetapi melayani.

Seorang yang belum dewasa secara rohani , yang ia lakukan bagai sepon – sanggup menyerap tapi tidak bisa memberi.