Bacaan Setahun:
Yeh. 4-7
Gal. 2
SEMANGAT SUMPAH PEMUDA, SEMANGAT PERSATUAN
“Dalam hidup baru ini kebangsaan, kesukuan, taraf pendidikan, atau martabat seseorang tidak penting. Hal-hal semacam itu tidak berarti apa-apa; yang penting ialah apakah orang itu memiliki Kristus atau tidak, sebab Kristus dapat dimiliki oleh setiap orang.”Kolose 3:11 FAYH
Pada tanggal 28 Oktober 1928, di hari kedua pelaksanaan Kongres Pemuda Kedua di Batavia (Jakarta), para pemuda Indonesia yang datang dari berbagai organisasi kepemudaan se-nusantara telah mendeklarasikan diri secara bersama dalam suatu ikrar yang dikenal sebagai “Sumpah Pemuda”. Selain itu dalam acara itu untuk pertama kalinya cikal bakal lagu kebangsaan kita, yaitu lagu Indonesia Raya, dikumandangkan secara instrumental menggunakan biola oleh sang penciptanya sendiri, Wage Rudolf Supratman.
Peristiwa tersebut menjadi salah satu pondasi kuat bagi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena meskipun belum memproklamirkan kemerdekaan Indonesia namun para pemuda saat itu sama-sama sepakat menyatakan diri mereka sebagai putra dan putri Indonesia yang bertumpah darah yang satu, yaitu tanah air Indonesia; berbangsa yang satu, yaitu bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Isi dari Sumpah Pemuda inilah yang menyatukan seluruh komponen pejuang kemerdekaan Indonesia, yang berasal dari beragam latar belakang. Para pemuda yang datang saat itu ada yang dari perkumpulan pemuda Jawa, Batak, Ambon, Celebes (Sulawesi), Sumatra, Betawi, ada juga yang dari perkumpulan pemuda Islam, serta ada yang beberapa pemuda Tionghoa. Kebanyakan dari mereka berasal dari para pelajar, dan ada juga yang dari kalangan keturunan priyai. Rapat di hari pertama, tanggal 27 Oktober 1928 malah diadakan di gedung kesatuan pemuda Katolik (KJB), yang sekarang menjadi Lapangan Banteng. Hari itu mereka melupakan segala perbedaan di antara mereka, dan sama-sama berpegang kepada satu tujuan yang sama, yakni untuk mewujudkan lahirnya negara Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Semangat inilah yang perlu kita teladani dalam kehidupan sebagai warga Kerajaan Allah. Rasul Paulus menyatakan secara tegas saat kita mengalami hidup yang baru, yaitu hidup di dalam Kristus, maka latar belakang dan keberadaan berupa: kebangsaan, kesukuan, taraf pendidikan, atau martabat seseorang, tidaklah penting, sebab yang penting adalah: apakah kita memiliki Kristus atau tidak dalam hidup kita. Dengan kata lain, ketika kita memiliki Kristus dalam hidup kita, maka tidak ada lagi perbedaan di antara sesama warga Kerajaan Allah. Kita menjadi satu di dalam Kristus!
Di hari peringatan Sumpah Pemuda ini, saya mengajak kita semua meniru semangat persatuan dalam Sumpah Pemuda, agar jangan sampai berbagai perbedaan latar belakang dan keberadaan kita menjadi penghalang di antara kita untuk bersatu, sebab sesungguhnya Yesus menginginkan agar kita semua menjadi satu sama seperti Bapa dan Yesus, sehingga kitapun dapat menjadi satu dengan Bapa dan Yesus (Yohanes 17:21). Amin. (YMH)
Questions :
1. Mengapa para peserta Kongres Pemuda Kedua dapat secara bersama-sama mengikrarkan diri dalam Sumpah Pemuda?
2. Apakah yang dapat menyatukan seluruh warga Kerajaan Allah?
Values :
Karena sama-sama memiliki Kristus maka seluruh warga Kerajaan Allah dapat bersatu, meskipun dari latar belakang dan keberadaan yang berbeda-beda.
Kita jangan mewarisi abunya Sumpah Pemuda, tapi kita harus mewarisi apinya Sumpah Pemuda. (Ir. Soekarno)