SESAJEN DAN KRISTUS
Bacaan Setahun:
Kej. 45-46
Dan. 7
“Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia” (1 Tesalonika 5:9-10).
Baru saja heboh dan viral seorang menendang dan membuang persembahan atau sesajen di daerah gunung Semeru Lumajang. Buntutnya, pihak pemda Lumajang tidak terima dan orang tersebut akhirnya ditangkap polisi.
Sesajen atau persembahan adalah bentuk penghormatan terhadap penguasa bumi di mana manusia berharap keselamatan. Ritual sesajen sudah tercatat di Alkitab saat Kain dan Habel, anak- anak Adam yang mempersembahkan ‘sesajen’ kepada Allah. Kain mempersembahkan hasil kebun terbaik, sementara Habel mempersembahkan hasil ternak domba yang terbaik. Abraham juga diminta mempersembahkan putranya, Ishak yang dikasihinya, yang pada akhirnya diganti dengan anak domba.
Persembahan, sesajen, atau tumbal adalah bentuk ritual yang menghubungkan manusia yang fana kepada Allah yang kekal. Penghubung dunia fana dengan penguasa dunia kekal yang dipercaya oleh manusia sebagai pengatur dunia fana. Sebuah bentuk rasa hormat dan ketergantungan manusia pada penguasa langit. Manusia merasa berdosa dan berharap tidak terjadi hukuman tetapi berharap terjadinya keselamatan, ketenteraman, dan kemakmuran.
Harapan yang lebih jauh adalah datangnya Mesias, Sang Ratu Adil, sebagai Juru Selamat. Harapan ini telah menjadi impian primitif sepanjang peradaban manusia yang hidupnya didunia dihantui ketakutan dan penderitaan.
Orang Kristen percaya Yesus Kristus, Yosua Hamasiah, Isa Almasih adalah Sang Juru Selamat yang datang ke dunia. Namun kedatangan-Nya justru merelakan diri-Nya sendiri menjadi “sesajen” atau tumbal bagi dunia ini. “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh” (1 Petrus 3:18).
“Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (Ibrani 10:14).
Sesajen anak-anak Adam, pengorbanan putra Abraham, dan pengorbanan anak Domba yang tak bercacat sebagai korban ‘penebus salah’ yang dilakukan orang Yahudi sekali setahun adalah pralambang dibutuhkannya pendamaian kekal bagi umat manusia. Yesus Kristus, Sang Mesias telah menjadi (dijadikan) tumbal sekali untuk selama – lamanya. Bagi yang percaya kepada pengorbanan Kristus, sesajen hanya pra lambang alias pengingat bahwa Allah sudah menyediakan tumbal bagi keselamatan seluruh umat manusia. (DD)
Questions:
1. Pernahkah Anda melakukan ritual atau sesajen? Mengapa ?
2. Perlukah Anda yang percaya Kristus melakukan ritual sesajen? Jelaskan!
Values:
Warga Kerajaan sejati menyadari bahwa Sang Raja mengasihi dengan mengorbankan diri-Nya sendiri.
Kingdom Quote:
Penaklukan menghasilkan perdamaian semu. Hanya dengan pengorbanan akan terjadi perdamaian sejati.