SHARPEN YOUR AXE | Pdt. Thomas Tanudharma

Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat. (Pengkhotbah 10:10)

Kadang kala kita merasa hidup ini sangat melelahkan. Hasil yang kita peroleh tidak sesuai dengan jerih lelah yang kita lakukan.  Janji Tuhan bahwa Ia akan memberikan kita hidup dan hidup dalam kelimpahan sepertinya tidak terwujud. Mungkin masalah kita adalah kapak kita kurang tajam. Seseorang yang mau menebang pohon akan menjadi begitu lelah, menghabiskan tenaga serta waktu sangat banyak, karena kapak yang ia gunakan tumpul.

Kita perlu menyisihkan waktu yang cukup untuk mengasah kapak kita, sehingga kita dapat menyelesaikan pekerjaan kita dengan energi yang lebih sedikit dan waktu yang jauh lebih singkat. Untuk berhasil kita membutuhkan hikmat Tuhan, sebaliknya hikmat dari manusia hanya membuat kita membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak. Pertama-tama kita perlu pahami bahwa hikmat dari Tuhan itu murni. Hikmat yang murni artinya kita mengasihi pribadi Tuhan, bukan sekedar mengasihi berkat-berkat dan pertolongan-Nya semata.

Bagaimana kita bisa mempertajam kapak atau mempertajam manusia rohani kita?

Dipertajam dengan Firman Tuhan dan Roh Kudus.

Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. (Yesaya 50:4)

Kita harus memeriksa lidah dan jari kita, apakah lidah kita menguatkan orang lain? Apakah jari kita mengetik hal-hal positif yang memberikan pengharapan kepada orang lain? Yang perlu kita lakukan hari-hari ini adalah mendengar, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan sehingga kita mampu membedakan berita benar dengan hoaks. Dengan demikian apa yang keluar dari mulut, atau diketik oleh jari kita, merupakan kebenaran yang menjadi berkat bagi orang lain. Selain oleh Firman Tuhan, kita juga perlu terus meminta Roh Kudus mengajar dan mengingatkan kita.

tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. (Yohanes 14;26)

Dipertajam oleh orang lain.

Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
(Amsal 27:17)

Kita sering gagal dalam hal dipertajam oleh orang lain. Mungkin kita sudah bersedia dibentuk oleh Firman Tuhan, namun seringkali kita menolak ketika pembentukan datang melalui orang-orang di sekitar kita. Umumnya kita tidak bersedia dipertajam oleh orang lain, karena biasanya ini melibatkan orang-orang dekat atau orang-orang yang berinteraksi dengan kita setiap hari. Ada dua hal penting di sini:

Sadari bahwa kita punya blind spot atau titik buta.
Titik buta adalah hal-hal buruk yang tidak bisa kita lihat dalam hidup kita. Saat ini banyak mobil yang dilengkapi kamera tambahan, karena sekalipun telah ada 3 buah kaca spion, masih ada blind spot di bagian belakang mobil yang tidak bisa dilihat oleh sang pengemudi. Inilah alasan mengapa seorang juara dunia tetap membutuhkan seorang pelatih, karena pelatih mampu melihat blind spot pada sang juara dunia. Sang juara dunia tidak bisa melihat seluruh kekurangannya sendiri, ia membutuhkan orang lain untuk menolongnya.

Belajar melihat dari perspektif yang berbeda.
Tuhan Yesus mengajar agar kita berlaku kepada sesama sebagaimana kita ingin diperlakukan. (Lukas 6:31) Dalam rumah tangga, seringkali terjadi konflik, karena sang suami menuntut istri dan sebaliknya sang istri menuntut suami melakukan apa yang dipandangnya baik. Seharusnya yang dilakukan adalah berusaha melihat dari sudut pandang pasangan.

Dipertajam oleh orang lain bukanlah perkara mudah untuk dijalani, sebagaimana sepotong kayu yang mahal hanya akan menunjukkan nilai keindahannya ketika bersedia dipotong dan diamplas oleh tukang kayu. Kita perlu belajar berespon benar ketika mendapatkan gesekan oleh orang-orang di sekitar kita.

Dipertajam oleh diri sendiri.

Tempalah mata bajakmu menjadi pedang dan pisau-pisau pemangkasmu menjadi tombak; baiklah orang yang tidak berdaya berkata: “Aku ini pahlawan!” (Yoel 3:10)

Sebagai orang yang menerima janji penyertaan Tuhan, kita harus memandang diri kita sebagai seorang pahlawan. Seorang pahlawan hanya bisa dihasilkan dari sebuah medan pertempuran. Seseorang disebut pahlawan ketika ia memenangkan pertempuran. Namun seseorang juga disebut pahlawan ketika kalah dalam pertempuran, asalkan dia tetap bertempur dan tidak lari dari pertempuran, sekalipun ia harus gugur menyerahkan nyawanya.

Musuh terbesar yang kita hadapi adalah diri kita sendiri. Kita perlu berjuang mengalahkan emosi dan menempatkannya di bawah logika kita. Orang yang kalah dalam kehidupan adalah orang yang gagal menguasai emosinya, sehingga seringkali salah dalam membuat keputusan dan menghasilkan penyesalan. Kita perlu bertobat setiap hari atas dosa dan pelanggaran yang kita buat karena dorongan emosi kita dan belajar menguasai diri.

Dipertajam oleh sekolah kehidupan.

Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN. (Ulangan 8:2-3)

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Mereka dipilih dan dikasihi Tuhan sebagai bangsa yang pertama kali menerima janj-janji Tuhan. Namun perjalanan kehidupan bangsa Israel tidaklah mulus, ada berbagai tantangan dan pencobaan yang diizinkan Tuhan terjadi. Sebagaimana bangsa Israel, maka kita sebagai umat Tuhan juga diizinkan mengalami berbagai pencobaan. Pencobaan itu adalah sekolah kehidupan yang Tuhan pakai untuk kita bisa dipertajam. Pencobaan-pencobaan yang kita alami sesungguhnya adalah bukti bahwa kita layak menerima janji-janji Tuhan.

Apapun tantangan dan persoalan yang sedang kita hadapi dalam hidup ini, teruslah maju. Izinkan Tuhan membentuk kita. Semua yang diizinkan terjadi dalam hidup kita dimaksudkan untuk mempertajam kerohanian kita. Ketika kita sudah menjadi kapak yang tajam, maka kita akan siap dipakai secara efektif untuk menebang segala pohon-pohon persoalan dalam hidup kita, sehingga nama Tuhan dipermuliakan. Amin. (VW).