SIMBOL-SIMBOL KRISTEN

Bacaan Setahun:
1 Taw. 19-20
Luk. 18

“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” Ulangan 6:6-9

Sebagai orang Kristen, kita tentu menaruh pernak-pernik atau dekorasi Kristiani di rumah, bisa berupa salib, tulisan ayat, ataupun gambar, dan simbol lainnya. Dari pandangan sekilas orang lain akan tahu bahwa penghuni rumah tersebut adalah orang Kristen. Pertanyaannya, apakah kualitas kekristenan di rumah tersebut lebih daripada sekadar simbol? Bagaimana sebuah keluarga seharusnya menerapkan prinsip-prinsip Kristiani di dalam rumah? Ulangan 6:6-9 menuliskan bagaimana para orang tua seharusnya mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anak mereka.
Pertama, memiliki hati bagi TUHAN dan firman-Nya (ayat 6). Bagian ini mendahului perintah untuk mengajar anak-anak. Orang tua harus “memperhatikan” perintah-perintah TUHAN. Kata Ibrani untuk “perhatikan” di sini seharusnya diterjemahkan “ada dalam hati”. Dalam budaya Israel, “hati” dianggap sebagai pusat kehidupan seseorang, yaitu apa yang terpenting. Apa yang menggerakkan seluruh aspek kehidupan. Jadi, ini bukan sekadar “memperhatikan”, ini tentang meletakkan sesuatu yang terpenting (Firman TUHAN) di tempat yang terpenting (hati manusia). Setiap orang tua harus memahami hal ini.
Kedua, mengajar dengan penuh kerajinan (ayat 7). Musa tidak mengajar anak-anak. Bukan karena dia tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, hal itu bukan menjadi tanggung jawab utamanya. Mengajarkan kebenaran kepada anak-anak merupakan tanggung jawab setiap orang tua. Merekalah yang berada di barisan terdepan dalam pendidikan anak. Beban pengajaran ada di pundak mereka. Nah, memang setiap orang tua pasti pernah mengajarkan kebenaran kepada anak mereka. Kalau begitu, apa yang perlu diperhatikan di ayat ini? Kata “berulang-ulang!” Sebagian besar versi Inggris memberi terjemahan “dengan rajin”. Tambahan kata “dengan rajin” atau “berulang-ulang” di sini sangat penting, sebab tidak banyak orang tua yang rajin melakukannya. Mari orang tua, rajin dan dengan berulang-ulang mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anakmu.
Ketiga, mengajar melalui simbol-simbol (ayat 8-9). Pengajaran di ayat 7 dilakukan secara verbal. Pengajaran di ayat 8-9 lebih ke arah visual. Keduanya penting. Yang satu tidak meniadakan yang lain. Yang satu tidak menggantikan yang lain. Di sini barulah muncul peranan simbol-simbol yang menguatkan pengajaran, yang kemudian bagi sebagian orang justru menjadi perhatian utama, dan mengesampingkan apa yang ditulis pada ayat-ayat sebelumnya. Bagaimana dengan Anda? (JB)

Questions :
1. Bagaimana cara Anda mengajarkan tentang Tuhan pada anak-anak Anda?
2. Apakah Anda bersedia mengajarkan berulang-ulang pengajaran tentang Tuhan pada anak Anda?

Values :
Miliki hati bagi Tuhan dan Firman-Nya, mengajarlah penuh dengan kerajinan, barulah gunakan simbol untuk bisa secara visual mengingatkan apa yang dipelajari.

Tanggung jawab orang tua mengajarkan setiap anak agar memiliki Firman Tuhan dalam hatinya, bukan sekadar terlihat dari simbol-simbol yang ia kenakan.