STEFANUS: MARTIR PERTAMA JEMAAT MULA-MULA”
Bacaan Setahun:
Mzm. 75 ,Yer. 25-26, Ibr. 6
“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kisah Para Rasul 20:24 – TB)
Stefanus dipilih sebagai salah satu dari tujuh orang yang melayani orang-orang miskin di jemaat mula-mula di Yerusalem. Tugas pelayanan mereka adalah memberikan bantuan kepada para janda yang perlu bantuan. Bagi beberapa orang percaya, tugas ini dianggap tidak populer. Mereka diangkat dengan salah satu tujuan yaitu para rasul supaya bisa fokus dalam doa dan pelayanan firman. Bisa jadi, mereka dianggap pelayanan nomor sekian bila diaplikasikan di zaman sekarang. Tetapi saat itu mereka dipilih dengan banyak pertimbangan dan syarat-syarat yaitu terkenal baik, penuh Roh Tuhan dan berhikmat. Tidak mudah menentukan ketujuh orang tersebut, salah satunya Stefanus.
Stefanus lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain dalam hal iman, kasih, kuasa rohani, dan hikmat (Kis 6:5, 8, 10). Selain menjalankan tugasnya sebagai diaken, ia juga melakukan berbagai mujizat dan memberitakan Injil. Pada akhirnya, kegiatan aktif Stefanus tersebut melibatkannya dalam konflik dengan orang-orang dari jemaat Yahudi. Oleh karena mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara, mereka menghasut orang banyak untuk melawan Stefanus, memfitnah, menyergap, menyeret, dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama dengan tuduhan menghujat nama Allah (Kis 6:9-15).
Akan tetapi Stefanus, dengan wajah seperti wajah malaikat, menjawab tuduhantuduhan itu dengan uraian ringkas tentang sejarah Israel dan serangan terhadap orang Yahudi yang meneruskan tradisi nenek moyang mereka dengan membunuh Mesias (baca Kis 6:15-7:53). Hal itu membakar amarah Mahkamah Agama terhadapnya. Sesudah Stefanus menyatakan melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Allah, makin marahlah mereka dan ia ditangkap kemudian dirajam batu sampai mati (Kis. 7:54-60). Ia menjadi martir pertama Gereja mula-mula.
Stefanus memang mengalami penderitaan, bahkan kematian karena Kristus. Pasca kematiannya, mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem tetapi justru karena itu pemberitaan Injil makin meluas di luar Yerusalem. Kematiannya pun dapat dikatakan salah satu faktor yang membawa Saulus kepada Kristus (Kis. 7:58; 8:1, 3).
Kita belajar bahwa Stefanus memiliki keberanian Ilahi menghadapi setiap penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi pada umat-Nya sebagai bagian dari pikul salib. Tetapi berkat Stefanus, Injil bertambah masyhur dan para hamba Tuhan sejati dibangkitkan untuk menjadi agen-agen Injil Allah. Diperlukan ketetapan hati dan keberanian Ilahi untuk bisa berkata sesuai ayat Kis 20:24, “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”Bagaimana dengan Anda? (RJ)
Questions:
1. Sudahkah kita memiliki keberanian Ilahi sesuai konteks zaman sekarang? Diskusikan.
2. Bagaimana kita dapat menjadi agen Injil?
Values:
Menjadi agen Injil harus siap menderita.
Kingdom”s Quotes:
Kematian karena Nama Yesus adalah suatu kemenangan.