SUKACITA KEKAL
Bacaan Setahun:
Kis. 2:14-47, Ul. 15-16, Ayub 11
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yohanes 15:11)
Seorang raja ingin membangun taman yang melambangkan nilai-nilai yang dianut dalam pemerintahannya. Ia memerintahkan tukang kebunnya untuk menanam enam pohon yang masing-masing mewakili kekayaan, keindahan, kemenangan, kekuatan, kewajiban, dan sukacita. Sebagai pusatnya, ia menempatkan sebuah patung sebagai simbol kebijaksanaan dan kestabilan kekuasaannya.
Ketika taman telah selesai, raja terkejut melihat tukang kebun memilih pohon kurma untuk melambangkan sukacita. “Aku mengira kau akan menanam pohon berbunga seperti tulip atau magnolia. Mengapa justru memilih kurma?” tanyanya. Sang tukang kebun menjawab, “Tanaman berbunga yang indah tumbuh subur di tanah yang kaya akan nutrisi, dengan air dan sinar matahari yang cukup. Namun, pohon kurma bertahan di tanah gersang, bahkan di padang pasir yang tandus. Akar-akarnya menembus jauh ke dalam tanah, mencari sumber air tersembunyi yang tidak dapat dilihat oleh mata. Itulah sukacita sejati—bukan karena kondisi luar yang mendukung, tetapi karena memiliki sumber yang dalam dan tidak tergoyahkan.”
Demikian pula dengan kehidupan kita. Banyak orang mencari sukacita dari hal-hal duniawi seperti harta, kesuksesan, atau kenyamanan hidup. Namun, semua itu hanya bersifat sementara. Sukacita sejati berasal dari hubungan kita dengan Yesus Kristus, yang tidak dipengaruhi oleh keadaan di sekitar kita.
Komentar dari Jamieson, Fausset, dan Brown menjelaskan bahwa ayat ini dapat dipahami demikian: “Sebagaimana Aku bersukacita dalam kasih Bapa dan menaati perintahNya, demikian juga Aku ingin sukacita-Ku tinggal di dalam kamu dan memenuhi kamu sepenuhnya.” Yesus adalah sumber sukacita yang sejati! Seperti Dia tinggal dalam kasih Bapa dan taat kepada firman-Nya, kita pun dipanggil untuk hidup dalam kasih-Nya agar sukacita-Nya melimpah dalam hidup kita
Jika sukacita kita mulai pudar setelah kita mengenal Yesus, mungkin kita telah menjauh dari kasih-Nya. Kita lebih memilih mengikuti kehendak sendiri daripada menaati firman-Nya. Kembalilah kepada-Nya, maka sukacita sejati akan kembali memenuhi hati kita. (DH)
Questions:
1. Apakah sukacita kita bergantung pada keadaan atau hubungan dengan Yesus? Mengapa?
2. Bagaimana kita tetap berakar pada sukacita sejati dalam situasi sulit? Diskusikan!
Values:
Sukacita sejati tidak ditemukan dalam kenyamanan dunia, tetapi dalam kedekatan dengan Kristus.
Kingdom’s Quotes:
Dunia menawarkan kebahagiaan sementara, tetapi Yesus memberi sukacita yang tidak tergoncangkan.