Bacaan Setahun:
2 Taw. 16-18
2 Tes. 2
“Kemudian Daud mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud. 11) Dan Daud memerintah orang Israel selama empat puluh tahun; di Hebron ia memerintah tujuh tahun, dan di Yerusalem ia memerintah tiga puluh tiga tahun.”1 Raja-raja 2:10-11
Salah satu kisah suksesi kepemimpinan di Alkitab yang ‘mulus’ adalah kisah raja Daud dan Salomo, di mana Daud telah mempersiapkan proses peralihan kepemimpinannya dengan baik. Dimulai dari sebuah kesadaran spiritual bahwa saat Daud punya niatan untuk membangun Bait Allah, sekalipun hal itu adalah hal yang baik, Allah menyampaikan pesan bahwa hal itu tidak akan dilakukan oleh Daud, tetapi akan dilakukan oleh keturunannya atau anak penggantinya. (2 Sam 7:12-13)
Bagaimanakah respon Daud saat ia mengetahui bahwa ambisi atau program kepemimpinannya tidak bisa dijalankan, dan nanti baru dapat dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan berikutnya? Bagaimana sikap dan respon kita jika kita adalah pemimpin dan program unggulan kita bakal hanya bisa dilakukan oleh orang lain? Bukankah kita sering melihat bahwa seorang pemimpin tidak siap jika idenya atau konsepnya yang baik bakal dilakukan dan dipimpin oleh orang lain apalagi jika orang tersebut lebih muda darinya.
Alih-alih kecewa dan mencoba bernegosiasi kepada Tuhan untuk tetap ngotot menjalankan programnya, Daud justru menyambut gembira pesan rencana suksesi Tuhan tersebut, ia justru bersyukur dan menyembah kepada Tuhan. Firman Tuhan dalam 2 Sam 7:18 mencatat respon Daud, “Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?”
Saat ini banyak program pelatihan/equipping kepemimpinan dilakukan. Hal itu adalah sesuatu yang baik jika didasarkan pada sebuah paradigma yang tepat bahwa tujuan utama program kepemimpinan adalah mempersiapkan munculnya pemimpin baru. Sebuah ilustrasi kerapkali dimunculkan tentang kepemimpnan adalah ibarat pohon pisang. Apakah kriteria keberhasilan pohon pisang? Sebagian besar orang mengungkapkan jika pohon pisang tersebut menghasilkan begitu banyak buah dan apalagi jika buahnya dirasakan sangat manis. Ternyata itu bukanlah paradigma yang tepat. Melainkan keberhasilan utama dari pohon pisang adalah saat menghasilkan beberapa tunas pisang yang baru.
Tidak salah berpikir dan bekerja keras dalam peran kepemimpinan untuk menghasilkan program-program yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang. Tetapi kita tidak boleh kehilangan tujuan utama dari kepemimpinan yang berhasil adalah menghasilkan pemimpin baru. Seperti Daud, hal itu harus dimulai dari sebuah kesadaran spiritual bahwa kepemimpinan itu berasal dari Tuhan untuk mengerjakan perjalanan rencana-Nya secara bertahap. Tugas kita adalah melakukan tahapan kita pada jamannya dan mempersiapkan jalan agar generasi sesudah kita melanjutkan tahapan kepemimpinan kita. Anda mengerti? (HA)
Questions :
1. Pelajaran penting apa yang bisa Anda dapatkan dari kisah kepemimpinan Daud di atas?
2. Apakah Anda rela memberikan tongkat estafet Anda kepada yang lebih muda untuk melanjutkan kepemimpinan Anda? Mengapa?
Values :
Jadilah pemimpin yang menghasilkan pemimpin-pemimpin baru, bukan sekedar berperan karena posisi semata.
Kepemimpinan itu adalah proses perjalanan panjang, dan bertahap, sedangkan menjabat posisi pemimpin hanyalah sebuah tahapan di antaranya.