TAAT ITU KEREN
Bacaan Setahun:
Yer. 52, Rat. 1, Mzm. 6
“Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;” (Yohanes 16:13a)
Peraturan dibuat untuk dilanggar adalah ungkapan sarkastik yang menggambarkan perilaku masyarakat kita yang sulit untuk mentaati aturan yang ada dengan rela hati tanpa paksaan. Jika ada kesempatan dengan alasan kepepet atau sudah biasa, maka pelanggaran mudah saja dilakukan. Lalu dicoba mensosialisasikan semboyan, Taat Hukum itu Keren, tetapi sayang gaungnya tidak viral.
Tetapi sebenarnya bukan hanya di Indonesia, di manapun di seluruh dunia ada kecenderungan alami manusia untuk tidak taat alias memberontak. Rasanya taat itu sebagai kekalahan, atau perasaan inferior, ada di bawah kekuasaan atau kendali sesuatu. Lalu manusia mencoba menampilkan dirinya dengan memberontak dan melawan otoritas yang ada melalui ketidaktaatan. Manusia ingin kebebasan tanpa dibatasi berbagai aturan, bebas bertindak, bebas mengeluarkan pendapat dan bebas pergi ke mana saja. Intinya, manusia ingin menjadi tuhan atas dirinya sendiri, namun sayangnya hal semacam ini justru akan mencelakakan manusia itu sendiri.
Alkitab mengajarkan mengenai ketaatan dan melakukan kehendak Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting. Tanpa ketaatan, hidup menjadi rapuh dan mudah hancur. Lalu sebagai anakanak Tuhan ketaatan kepada apakah yang diminta? Markus 10:17-22 mengisahkan tentang seorang pemuda yang kaya yang bertanya kepada Tuhan Yesus apa yang harus dia lakukan untuk memperoleh hidup kekal. Tuhan Yesus mensyaratkannya melakukan hukum Taurat dan pemuda itu berkata semua sudah dilakukannya sejak masih muda. Kemudian Tuhan Yesus berkata masih ada yang kurang yaitu menjual seluruh hartanya untuk diberikan kepada orang miskin dan kembali untuk mengikut Dia. Mendengar ini orang muda itu pergi dengan sedih karena banyak hartanya lalu Tuhan Yesus berkata alangkah sukarnya orang kaya masuk ke dalam kerajaan sorga.
Di sini jelas bahwa tidak cukup hanya dengan beretika dan bermoral yang baik, tidak cukup hanya dengan melakukan hukum tertulis saja tetapi terutama taat kepada apa yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus sendiri secara pribadi. Perintah Tuhan Yesus tentang menjual seluruh harta dan membagikannya kepada orang miskin tentu itu tidak untuk dilakukan oleh seluruh orang Kristen tetapi itu adalah perintah rhema yang spesifik kepada orang muda yang kaya itu.
Orang Kristen bukan sekadar beragama dengan menaati seperangkat aturan agamawi yang tertulis, tetapi sebagai umat ber-Tuhan yang hidup, yang mendengarkan suara Gembalanya. Dalam kehidupan yang kompleks di mana kita harus bersikap, membuat keputusan-keputusan, berinteraksi dengan orang per orang dalam kondisi berbeda-beda, tidak cukup dengan kemampuan logika saja. Tidak cukup hanya dengan kemampuan menganalisis ayat-ayat Alkitab saja, tetapi oleh rhema, firman Tuhan yang hidup, unik dan spesifik bagi masing-masing individu. Dengan demikian jelas pentingnya memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan sehingga melalui Roh Kudus kita dituntun ke dalam seluruh kebenaran, dan tidak tersesat. Halleluyah. (LS)
Questions:
1. Apakah anda merasa sudah cukup hanya menjadi orang baik dengan hidup bergantung hanya kepada pertimbangan-pertimbangan nalar dan akal sehat saja?
2. Sudahkah anda mengalami tuntunan Tuhan secara spesifik dalam hidup anda? Bagaimana jika tidak pernah mengalaminya?
Values:
Orang Kristen bukan sekadar beragama dengan menaati seperangkat aturan agamawi yang tertulis, tetapi sebagai umat berTuhan yang hidup ,yang mendengarkan suara Gembalanya
Kingdom’s Quotes:
Karena ketaatan Yesus Kristuslah telah membuat semua orang menjadi orang benar. (Roma 5:19)