Tabur Tuai | Pdt. Thomas Tanudharma

Tema gereja kita dalam bulan Agustus adalah ‘Mature’ atau menjadi dewasa. Tanda seseorang yang telah dewasa adalah bisa menerima tanggung jawab. Ia tidak hanya bisa melakukan yang diminta, namun mampu mempertanggung jawabkannya. Orang yang dewasa juga mampu memahami urutan yang benar, yaitu bukan meminta diberkati dahulu, baru setelahnya memberkati, namun paham bahwa untuk menuai berkat harus berani menabur terlebih dahulu.

Ada beberapa prinsip tentang bagaimana menuai dari apa yang ditabur:

Setiap orang menguji pekerjaannya dan bertanggung jawab sendiri.

Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.
(Galatia.6:4-5 )

Siapapun kita, baik jemaat atau pelayan Tuhan harus menguji pekerjaan kita sendiri. Setiap kita harus diuji untuk mendapatkan bukti, sebagaimana seorang murid yang harus menjalani ujian untuk membuktikan bahwa ia menguasai pelajaran yang telah diterimanya. Ujian-ujian kehidupan terjadi atas kita untuk membuktikan iman kita. Ketika mendengar Firman Tuhan di gereja kita mudah mengucapkan “Amin”, namun ini akan diuji dalam persoalan kehidupan sehari-hari. Demikian juga kita memiliki kecenderungan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, sehingga menjadi kecewa. Seharusnya kita membandingkan keadaan diri kita sendiri, saat dulu dan sekarang. Apakah kita menghasilkan buah yang lebih bayak dan lebih berkualitas, karena Tuhan Yesus mengatakan sebuah pohon baik atau buruk dapat dilihat dari buahnya. Semua pekerjaan kita akan diuji, apakah terbuat dari emas, kayu, jerami atau rumput kering. Mari kita buktikan bahwa Yesus hidup dalam diri kita.

Jangan mempermainkan Allah dengan pembenaran

Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
(Galatia 6:7) 

Jangan mempermainkan Allah dengan pembenaran. Kita dilatih bukan untuk mempermainkan kebenaran, tapi untuk lakukan kebenaran. Kebenaran tidak untuk dilakukan 99% namun harus 100%. Orang yang terbiasa mempermainkan kebenaran akan sulit bertobat. Apapun profesi kita, baik sebagai karyawan, pebisnis, selalu ada godaan untuk lakukan penyimpangan. Penyimpangan dapat digambarkan dengan menaiki bus yang arahnya menyimpang dengan tujuan kita. Kita harus berani berkata “stop”, turun dari bus dan pindah ke bus yang benar. Pertobatan adalah berbalik kepada Tuhan, dan ketika kita berani mengambil langkah berbalik kepada Tuhan, maka bagi Tuhan sangat mudah membalikkan keadaan hidup kita. Jadi jangan terus hidup menyimpang dengan pembenaran diri, tapi hiduplah dengan kebenaran Kristus.

Menabur dalam daging atau dalam Roh menentukan hasil yang kita peroleh di dalam kekekalan.

Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
(Galatia 6:8)

Menabur haruslah dalam roh, bukan dalam hawa nafsu kedagingan kita. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,  penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Galatia 5:19-20). Untuk itu kita harus menjaga mata dan telinga. Keduanya adalah gerbang menuju pikiran kita. Hal-hal yang terus kita pikirkan akan turun kepada perasaan dan akan menentukan keputusan yang kita buat. Ketika kita menabur dalam Roh maka hidup kita akan menghasilkan buah Roh.

Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,   kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. (Galatia 5:22)

Penguasaan diri adalah hal yang disebutkan terakhir, karena ketika kita memiliki penguasaan diri, maka semua buah yang lain akan ada dalam hidup kita. Tantangan dalam hidup bertujuan untuk memperkuat otot-otot rohani kita. Kita perlu salibkan keinginan daging, sehingga Roh Kudus dapat bekerja dan memberikan kekuatan bagi kita.

Jangan jemu berbuat baik dan menjadi lemah ketika menantikan tuaian.

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (Galatia.6:9)

Perbuatan baik harus kita lakukan dengan tulus. Jika kita berbuat baik dengan mengharapkan balasan dari orang yang kita tolong, maka kita akan menjadi jemu. Menolong haruslah tanpa mengharapkan balasan, karena upah yang sejati datangnya dari Tuhan. Jika orang berbuat jahat kepada kita, tangan kita terlalu kecil untuk membalas. Lebih baik menyerahkan hak pembalasan kepada Tuhan. Bersama Allah selalu ada harapan baru. Saat hadapi jalan buntu, jangan menjadi lemah dan putus asa. Persoalan yang berat bisa berubah menjadi berkat ketika kita selipkan huruf ‘k’ ditengah-tengahnya. ‘K’ gambaran Kristus yang harus ada di tengah –tengah kita.

Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (Ibrani 12:3)

Jangan stuck atau mundur, tapi terus maju, ingatlah janji Tuhan bahwa orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan bersorak sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mazmur 126:4-6).

Apapaun tantangan dan persoalan yang sedang kita hadapi dalam hidup ini, teruslah maju di dalam Tuhan. Saat menghadapi jalan buntu, jangan menjadi lemah, jangan berputus asa. Tetaplah menabur, tetaplah berbuat baik. Maka pada waktunya kita akan menuai dengan bersorak sorai. Amin. (VW).