TEMAN PEWARIS

TEMAN PEWARIS 

Bacaan Setahun: 
Yos. 20-21, Amsal 15 

“Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Petrus 3:7).

Ayat bacaan di atas membahas tentang posisi atau kedudukan seorang istri. Rasul Petrus menyadari bahwa pada masa itu, budaya memandang wanita sebagai ‘kaum lemah’ baik dari segi posisi maupun tanggung jawab dan haknya. Oleh karena itu, sikap Rasul Paulus sangat luar biasa, karena ia meminta para suami untuk hidup bijaksana dengan menaikkan martabat wanita, yaitu dengan cara menghormati istri sebagai teman pewaris. Apa yang dimaksud dengan menghormati istri sebagai teman pewaris?

Perkataan “Menghormati istri sebagai Teman Pewaris” berbicara tentang menjadikan istri memiliki peran yang sepadan dalam memimpin keluarga. Maksudnya bukan hanya suami yang memegang komando tunggal dan istri hanya pasif dan patuh. Bukan seperti nilai istri dalam pepatah Jawa ‘Sorga nunut, Neraka katut’ yang nasibnya hanya tergantung pada apa yang suami lakukan. Namun Teman Pewaris berbicara bahwa dalam keluarga, peran istri penting dan tak tergantikan, istri harus berperan dalam mewarnai kebijakan yang dikembangkan dalam keluarga. Istri ikut bertanggung jawab dengan anak-anak yang diwariskan untuk membentuk peribadi mereka menjadi pribadi yang baik.

Hari ini kita dapat melihat produk dari rumah tangga yang tidak seimbang, yaitu suami yang dominan atau bahkan istri yang dominan, dan tidak sepadan. Keluarga seperti ini rentan menghasilkan anak-anak yang berperilaku aneh, seperti menyukai sesama jenis atau berperilaku menyimpang lainnya.

Tentu saja, penghormatan kepada kaum wanita seharusnya tidak hanya terjadi di keluarga kecil di rumah tetapi juga di Gereja. Gereja harus memberikan ruang bagi para wanita untuk memiliki peran penentu kebijakan. Bukan hanya peran di bagian ‘belakang’ tetapi juga peran yang penting, seperti peran sebagai pengkotbah atau pemimpin lainnya, seperti pengajar atau pemusik. Tidak bisa dipungkiri bahwa Gereja telah terlambat dan ragu-ragu memberikan ruang kepada wanita untuk memiliki peran penting.

Mari kita respon dan mempraktikkan pesan Rasul Petrus, yaitu menghormati para wanita atau para istri sebagai teman pewaris, yaitu teman yang sepadan dalam membangun budaya Kerajaan Surga baik di rumah, di institusi sekolah, maupun di Gereja.(DD)

Questions:
1. Apa arti menghormati istri sebagai teman pewaris?
2. Apa akibat tak adanya peran wanita dalam kebijakan baik di rumah maupun di Gereja?

Values:
Di dalam Kerajaan Surga tak ada diskriminasi gender; di dalam segala hal baik laki-laki maupun perempuan kasih karunia Kristus sama.

Kingdom Quotes:
Dominasi peran pria tanpa berbagai tanggung jawab bersama dengan wanita akan menghasilkan dunia yang sakit.