TERSALIB OLEH KITA
Bacaan Setahun:
Kis. 21:37-22:29
Hak. 17-18
Mzm. 43
“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” (1 Petrus 2:24)
Kita mungkin mengenal Rembrandt, pelukis besar asal Belanda yang karyanya banyak menginspirasi dunia. Salah satu lukisannya yang terkenal berjudul The Raising of the Cross (1633). Namun, ada hal unik dan mendalam dalam lukisan ini—Rembrandt melukiskan dirinya sendiri sebagai salah satu orang yang mengangkat salib Yesus. Wajahnya tampak diliputi kesedihan, tetapi tangannya justru bersemangat menegakkan kayu salib itu. Melalui karya ini, Rembrandt menyampaikan pesan penting: meski ia tidak ingin Yesus disalibkan, ia sadar bahwa dosanyalah yang membuat Yesus harus naik ke atas kayu salib. Sebuah pengakuan jujur bahwa dirinya turut andil dalam penderitaan Kristus.
Jauh sebelum Rembrandt, Rasul Petrus telah memahami kebenaran ini. Meskipun Yesus disalibkan—sebuah hukuman paling keji yang biasanya hanya diberikan kepada para penjahat kelas berat—Dia tidak bersalah sedikit pun. “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.” (1 Petrus 2:22) Petrus menegaskan bahwa Yesus sepenuhnya suci. Bahkan saat menderita, Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak mengutuk, apalagi mengancam. Ia menyerahkan segalanya kepada Allah yang menghakimi dengan adil. “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.” (1 Petrus 2:23)
Lalu, untuk siapa Yesus rela menanggung semua itu? Untuk kita. “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” (1 Petrus 2:24) Yesus memikul dosa kita agar kita hidup dalam kebenaran dan mengalami kesembuhan sejati, lalu kembali kepada Sang Gembala Agung. “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.” (1 Petrus 2:25)
Mari kita renungkan—salib itu bukan sekadar simbol agama yang terpajang di dinding atau digantung di leher. Salib adalah bukti nyata kasih Allah yang tak terukur, harga mahal yang telah dibayar lunas untuk menebus kita dari kegelapan dosa. Jangan pernah sia-siakan pengorbanan-Nya yang agung itu. Hiduplah setiap hari dengan penuh kesadaran bahwa darah Kristus telah mengalir demi kita. Biarlah syukur atas anugerah itu membakar semangat kita, memenuhi setiap langkah dan keputusan yang kita ambil. Jangan hanya menjadi penonton dari karya keselamatan ini—jadilah bagian dari kisah besar-Nya. Hiduplah dengan penuh gairah, membawa nyala kasih Kristus ke tengah dunia yang kian dingin dan penuh kebencian. Di saat dunia sibuk menghakimi dan melukai, jadilah saksi kasih yang memulihkan. Di saat dunia gelap oleh keputusasaan, jadilah terang yang menuntun jiwa-jiwa kembali kepada Sang Gembala Agung. (AU)
Questions:
1. Apa makna salib bagi hidupmu secara pribadi?
2. Sudahkah kita hidup dengan sungguh-sungguh mencerminkan kasih Kristus setiap hari?
Values:
Syukuri pengorbanan Kristus, hiduplah dengan kasih-Nya, dan jadilah terang di dunia yang penuh kebencian.
Kingdom Quotes:
Salib bukan sekadar simbol, tapi bukti kasih Allah yang menebus kita dengan harga yang tak ternilai.