TERSESAT DI JALAN YANG BENAR

Bacaan Setahun: 
Mzm. 120 
Yer. 49-50 

TERSESAT DI JALAN YANG BENAR 

”Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.”(Lukas 15:29)

Sebuah peribahasa mengatakan “seperti tikus mati di lumbung padi”, yang artinya suatu keadaan tidak dapat menikmati segala kelimpahan yang ada tetapi justru mengalami keterpurukan bahkan kebinasaan. Hal semacam ini pula yang dialami oleh si sulung dalam perumpamaan tentang anak yang hilang di Lukas 15:11-32.

Ketika kita membaca kisah ini seringkali kita berpikir dan berfokus kepada anak bungsu yang terhilang. Anak sulung di dalam kisah ini digambarkan sebagai anak yang mempunyai integritas moral yang begitu tinggi. Anak sulung begitu giat menjalankan perintah yang ada dan bahkan dikatakan dia tidak pernah melanggar perintah sama sekali. Dia memang tidak pernah terhilang seperti adiknya yang meminta bagian harta warisan miliknya ketika ayahnya masih hidup, lalu pergi memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Anak sulung juga tidak pernah meninggalkan bapanya, dia selalu berada di rumah dan mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin, tetapi anak sulung justru tersesat di jalan yang benar.

Mungkin banyak dari kita sebagai orang percaya yang juga menjalani kehidupan ini dengan integritas moral yang tinggi. Kita bisa begitu giat dalam menjalankan aktivitas keagamaan dan juga aktif melayani setiap kegiatan gereja. Bukankah si sulung juga melakukan hal yang demikian? Lalu apa yang membuat dia bisa tersesat di “jalan yang benar”?

Selama dia tinggal di rumah bapanya, ia melakukan segala kewajiban tanpa dasar kasih, sekalipun ia seorang putra atau bahkan ahli waris ia masih memiliki mentalitas orang budak, sehingga apa yang dilakukan diukur dengan seberapa banyak yang dia dapatkan. Sekalipun ia sangat taat ia tidak memiliki hubungan kedekatan dengan bapanya, sehingga ia tidak dapat menyelami begitu besarnya kasih bapa. Anak sulung juga mengalami krisis identitas yang membuat dia merasa tidak aman ketika adiknya kembali. Bapanya mengingatkan si sulung bahwa hidupnya selalu bersama-sama dengan dia. Segala kepunyaan bapa adalah kepunyaannya juga.

Mari warga Kerajaan kita miliki mentalitas sebagai putra-putri Kerajaan yang melakukan setiap perintah Sang Raja dengan kasih. Kita adalah ahli waris dan bukan budak.

Miliki hubungan dengan Sang Bapa sehingga kita mampu menyelami betapa besarnya kasih Bapa sehingga kita mampu melihat pertobatan orang-orang di sekiling kita sebagai kesukaan Bapa dan kita turut mengambil bagian di dalamnya. Amin (RSN)

Questions:
1. Apa yang membuat anak sulung bisa tersesat di jalan yang benar?
2. Bagaimana respon sang bapa kepada anak sulung?

Values:
Dengan begitu giatnya kita dalam menjalankan aktivitas keagamaan bukan jaminan kita memiliki kedekatan dengan Sang Bapa.

Kingdom Quote:
Miliki hubungan dengan Sang Bapa sehingga kita mampu menyelami betapa besarnya kasih Bapa bagi orang yang bertobat kepadaNya.