Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya. (Kisah Para Rasul 6:7)
Tuhan kita adalah Tuhan yang dinamis dan bergerak karena setiap hari Ia selalu menambahkan jumlah murid-murid dan orang-orang yang diselamatkan. Sebuah good problem timbul ketika pelipatgandaan itu terjadi. Jangan takut terhadap masalah karena Tuhan ada di dalam setiap situasi. Kisah Para Rasul 6 mencatat masalah yang timbul adalah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Respon yang benar dilakukan oleh murid-murid, sehingga Tuhan memberikan petunjuk untuk mereka agar memilih tujuh orang dari antara mereka, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya diangkat untuk tugas itu.
Orang yang terkenal baik memiliki reputasi, integritas dan dapat dipercaya, selain itu mereka adalah orang-orang yang penuh Roh Kudus dan penuh hikmat. Ketika para rasul mampu mendelegasikan tugas itu kepada orang yang tepat maka mereka lebih fokus dalam doa dan dalam pelayanan Firman. Akibatnya Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.
Salah satu kunci pelipatgandaan terletak pada pengelolaan. Pengelolaan seringkali menjadi sesuatu yang sering diabaikan. Belajar dari pelayanan Tuhan Yesus ketika memberi makan 5000 orang dari 5 roti dan 2 ikan (Matius 14:13-21), atau ketika Yesus memberi makan 4000 orang dari 7 roti (Markus 8:1-10) bagaimana Yesus mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh murid-murid.
Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Namun murid-murid terfokus pada keterbatasan mereka. Murid-murid lebih menyarankan agar orang banyak mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapi dan merasa keberatan menolong mereka. Seringkali kita melihat sumber, entah itu keuangan atau situasi yang sepertinya tidak mendukung, tetapi Tuhan tidak memerlukan itu semua karena selama bangsa Israel berada di padang gurun Tuhanlah yang memelihara mereka. Seharusnya perkataan tempat yang sunyi (wilderness) mengingatkan mereka bagaimana selama 40 tahun Tuhan memelihara kehidupan bangsa Israel dengan menurunkan manna dari sorga.
Murid-murid melihat masalah, tetapi Yesus adalah solusinya. Mungkin hari-hari ini kita menghadapi apa yang sedang dihadapi oleh murid-murid. Kita sedang melihat sumber daya yang terbatas, atau sedang menghitung sesuatu yang sangat terbatas tetapi siapa yang menjadi pusat hidup kita akan menentukan sikap dan pola pikir kita ketika menghadapi masalah. Jadikan Yesus sebagai pusat hidup kita maka apapun masalah yang kita hadapi akan selalu ada solusinya. Saat Yesus berkata kepada murid-murid: “kamu harus memberi mereka makan.” Murid-murid hanya memiliki 7 roti dan beberapa ekor ikan kecil. Kemudian Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-Ku.” Maka ketika sumberdaya yang serba terbatas itu dibawa kepada Tuhan Yesus, Ia mengucap syukur ke atasnya, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Lalu terjadilah pelipatgandaan dan mereka semua makan sampai kenyang. Apapun masalah dan persoalan yang kita hadapi, bawalah kepada Yesus maka Ia akan sanggup menyelesaikannya. Hanya Yesus yang mampu menyelesaikan sampai tuntas dan memuaskan setiap rasa lapar dan haus di dalam hidup kita.
Tugas kita sebagai orang percaya adalah untuk menjadi berkat. Kita harus memberi mereka makan, tidak hanya makanan secara jasmani, tetapi apa yang menjadi kebutuhan orang-orang disekeliling kita. Jangan lihat sumber daya yang kita punya, sumber daya apapun jika kita bawa kepada Tuhan Yesus dan diberkati maka akan berlipat ganda. Mujizat pelipatgandaan tidak terjadi di tangan Yesus, tetapi di tangan murid-murid yang membagi-bagikan roti itu. Yesus memberkati dan memecah-mecahkannya, tetapi pelipatgandaan terjadi di tangan kita.
Siapakah yang menjadi sumber dan pusat hidup kita akan menentukan apa reaksi, pola pikir dan masa depan kita. Mungkin kita tidak mampu, tetapi Tuhan Maha mampu. Kerajaan Allah adalah Kerajaan yang tidak tergoncangkan marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan tetapi juga Bapa yang memelihara.
Murid-murid juga memberikan teladan yang baik, setelah beberapa hari melayani tentunya mereka juga lapar, tetapi mereka lebih mengutamakan orang banyak daripada diri mereka sendiri. 12 orang murid membagikan makanan kepada 4000 orang kepala keluarga. Ditambah istri dan anak-anak mereka menjadi sekitar 30.000 orang. Kita melihat bagaimana ketika semua selesai makan masih ada lebih 7 bakul roti.
Jangan lihat diri kita kecil, hanya 7 orang yang tepat dari ribuan orang yang bertobat, hanya 7 roti dan beberapa ikan kecil di tempat yang sunyi. Ketika Tuhan mengucapkan berkat atasnya dan memecah-mecahkannya terjadilah pelipatgandaan. Bawa kepada Yesus apa yang masih ada pada kita, Dia akan memberkati dan memecah-mecahkannya maka pelipatgandaan akan terjadi. Jadikan Yesus menjadi pusat hidup kita. Amin (RCH).