The Journey Of Reconciliation | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

Kualitas dari kehidupan kita bukan dinilai dari pangkat, kedudukan, harta yang kita miliki atau ketenaran kita tetapi hubungan. Hubungan kita dengan Tuhan, dengan pasangan, dengan saudara dan dengan sesama kita. Kita akan belajar dari kehidupan 2 orang saudara kembar Esau dan Yakub. Sebelumnya di dalam kitab Kejadian juga tercatat bagaimana konflik yang terjadi di antara 2 saudara Kain dan Habel yang berujung kepada pembunuhan terhadap Habel. Kain ataupun Esau adalah gambaran manusia lama kita, manusia yang masih dikuasai oleh kedagingan, sedangkan Habel atau Yakub adalah gambaran manusia baru menuju manusia rohani dimana manusia lama dan manusia baru saling bertentangan. Gambaran yang menarik lagi adalah antara Ismael dan Ishak. Pertentangan yang terjadi di Timur Tengah tidak jauh dari pertentangan antara keturunan Ismael dan Ishak. Demikian juga keturunan Esau dengan Putri dari Ismael.

Firman Tuhan seperti cermin, dari apa yang kita peajari hari ini dari kehidupan 2 orang bersaudara ini biarlah kita menarik sebuah pelajaran agar hidup kita saat ini terlepas dari permusuhan dan pertikaian serta mengupayakan terjadinya sebuah rekonsiliasi.

Setelah Ishak dan Ribka menikah selama 20 tahun dan tidak dikaruniai anak maka berdoalah Ishak kepada Tuhan untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; Tuhan mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung, tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya. Sejak dalam kandungan Tuhan sudah memberikan ketentuan bahwa: “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” (Roma 9:13). Dari keadaan ini kita dapat belajar bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang berdaulat. Firman-Nya: “Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.”. (Kejadian 25:23).

Dengan ketentuan Tuhan ini sebenarnya Yakub tidak perlu melakukan tipu daya dan manipulasi  untuk menggenapi rencana Tuhan di dalam hidupnya. Ia hanya perlu hidup benar di hadapan Tuhan maka Tuhan akan menggenapi rencana-Nya. Keduanya bertumbuh menjadi pribadi yang benar-benar berbeda. Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub. Sebuah pelajaran bagi kita juga, jangan ada favoritisme di dalam keluarga seperti halnya yang dilakukan Ishak dan Ribka terhadap Esau dan Yakub.

Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: “Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.” Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: “Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.” Sahut Esau: “Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?” Kata Yakub: “Bersumpahlah dahulu kepadaku.” Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.

Esau memandang rendah karunia dan pemberian Tuhan. Demikian juga kita, janganlah menganggap rendah keselamatan, karunia rohani ataupun pasangan hidup kita karena semua itu adalah anugerah Tuhan. Firman Tuhan juga mengingatkan kita dalam Ibrani 12:16; Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Esau menikahi 2 wanita Kanaan, dan ketika Ishak berkata kepada Yakub: “Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan.” Esau menyadari, bahwa perempuan Kanaan itu tidak disukai oleh Ishak, ayahnya. Sebab itu ia pergi kepada Ismael dan mengambil Mahalat menjadi isterinya, di samping kedua isterinya yang telah ada. Mahalat adalah anak Ismael anak Abraham, adik Nebayot.

Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak sulungnya, dan meminta Esau berburu dan memasaknya menjadi makanan favoritnya dan setelah itu Ishak akan memberkati dengan berkat “Gold Class”  Tetapi Ribka mendengarkannya, ketika Ishak berkata kepada Esau, anaknya. Setelah Esau pergi   berkatalah Ribka kepada Yakub, anaknya: Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya. Ribka dan Yakub memperdaya Ishak dan membuat tipu muslihat sehingga Ishak tidak mengenalinya, tetapi Ishak masih bertanya: “Benarkah engkau ini anakku Esau?” Jawab Yakub: “Ya!” Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia

Setelah Ishak selesai memberkati Yakub, dan baru saja Yakub keluar meninggalkan Ishak, ayahnya, pulanglah Esau, kakaknya, dari berburu. Ia juga menyediakan makanan yang enak, lalu membawanya kepada ayahnya. Lalu terkejutlah Ishak dengan sangat serta berkata: “Siapakah gerangan dia, yang memburu binatang itu dan yang telah membawanya kepadaku? Aku telah memakan semuanya, sebelum engkau datang, dan telah memberkati dia; dan dia akan tetap orang yang diberkati.” Sesudah Esau mendengar perkataan ayahnya itu, meraung-raunglah ia dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya serta berkata kepada ayahnya: “Berkatilah aku ini juga, ya bapa!” Jawab ayahnya: “Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu.” Kata Esau: “Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku.” Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: “Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh.” Kitab Amsal menuliskan bahwa seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara dan menolong di dalam masa sukar (Amsal 17:17). Namun hal ini sangat bertentangan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan Esau dan Yakub.

Yakub berusaha lari dari Esau dan hendak menuju ke Haran, tempat dimana Laban sudara ibunya tinggal. Sebelum di Haran, sampailah Yakub di suatu tempat yang bernama Bethel dan ia bermimpi di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.” Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: “Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.” Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya. Lalu bernazarlah Yakub: “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.”

Dari Bethel Yakub melanjutkan perjalanan dan sampailah ia di Haran. Singkat cerita Yakub berada di tempat Laban selama 20 tahun. Ia menikahi 2 orang putri Laban, yaitu Lea dan Rahel. Dari pernikahan ini Yakub dikaruniai 12 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yakub: “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau.” Waktu yang lama tidak akan bisa menyelesaikan masalah antara Esau dan Yakub.

Yakub sangat takut dan merasa sesak hati ketika harus berhadapan dengan Esau. Maka ia membagi orang-orangnya yang bersama-sama dengan dia, kambing dombanya, lembu sapi dan untanya menjadi dua pasukan sedangkan Yakub berada di barisan paling belakang. Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Tuhan akan berurusan dengan kita saat kita sendiri. Setelah perjumpaan dengan Tuhan malam itu, Yakub diberikan identitas yang baru, namanya bukan lagi Yakub tetapi Israel. Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka. Suatu pemandangan yang sangat indah ketika 2 saudara yang telah bermusuhan begitu lama mengalami rekonsiliasi di dalam hidupnya.

Apa yang terjadi di dalam kehidupan kita, mungkin masih ada hubungan yang masih retak bahkan kita sudah bermusuhan begitu lama, sudah saatnya kita melakukan rekonsiliasi. Pulihkan hubungan kita dengan Tuhan, dengan orang tua, saudara-saudara, teman atau siapapun itu maka pemulihan akan terjadi di dalam hidup kita. Amin. (RCH).