The King Has Come | Pdm. Chandra WB

KEDATANGAN-NYA YANG PERTAMA

Sang Raja Damai telah lahir 2024 tahun yang lalu. Dia bersahabat dengan orang berdosa, dengan pezinah, bahkan dengan pemungut cukai yang saat itu dianggap sebagai pengkhianat bangsa. Sebaliknya Yesus sangat menentang keras orang-orang yang dianggap taat beragama, yaitu para ahli Taurat, orang Farisi dan Saduki. Tuhan Yesus tidak berniat membentuk institusi yang namanya agama, jadi untuk apakah Dia datang?

Menggenapi Nubuatan Para Nabi

Kedatangan dan karya penebusan Yesus telah dinubuatkan ribuan tahun sebelumnya oleh nabi Yesaya, Yeremia. Jadi Dia bukan sekedar mengaku-ngaku sebagai Mesias.

Menebus Dosa Manusia

Saat keluar dari tanah Mesir, bangsa Israel marah dan bersungut-sungut menghadapi situasi yang tidak nyaman. Maka Tuhan mengirimkan ular untuk memagut mereka sehingga banyak yang mati. Lalu mereka memohon Musa untuk mendoakan mereka, agar tragedi ini selesai. Kemudian Tuhan menyuruh Musa membuat patung ular tembaga, dan jika bangsa Israel  memandang ke arah ular tembaga tersebut, maka berhentilah tulah itu. Ular tembaga ini menggambarkan Kristus yang tergantung di kayu salib untuk menanggung dosa kita. Setiap kita yang berpaling kepada Yesus akan dibebaskan dari kebinasaan.

Membangun Budaya Kerajaan-Nya

Saat Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya bagaimana cara berdoa, di dalam doa itu dikatakan, “…datanglah Kerajaan-Mu,  jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”. Apakah yang kita bayangkan sebagai ‘surga di bumi’? Yang Yesus maksudkan adalah menghadirkan budaya Kerajaan Allah, yaitu budaya di tempat Yesus berada, sebelum Ia turun ke bumi. Selain menebus kita, Tuhan Yesus ingin menularkan dan membangun budaya baru.

Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. (Kisah Para Rasul 2:44-47)

 

Yang menambah jumlah jemaat adalah Tuhan, tetapi ada proses yang perlu kita lakukan, yaitu berproses agar kita menjadi orang yang disukai. Karena tidak mungkin mengajak orang untuk ikut menyembah Tuhan Yesus, jika orang tersebut tidak menyukai kita. Jemaat di gereja mula-mula memiliki berbagai kelemahan, tetapi mereka mengizinkan budaya Kerajaan Allah mengubah hidup mereka sehingga mereka disukai semua orang. Budaya Kerajaan Allah  memiliki pemikiran dan norma yang terbalik dengan yang ada di dunia. Apakah kita dikenal sebagai orang yang mudah mengampuni, mudah berempati dan mudah berbagi?

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh  pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2)

Saat kita membangun Kerajaan Allah, maka nilai-nilai Kerajaan Allah ada dalam hidup kita, dan itu akan menarik segala sesuatu yang kita butuhkan sementara kita ada di bumi. Sudahkah budaya Kerajaan-Nya ada dalam hidup kita? Setelah menjadi percaya, kita seharusnya tidak memerlukan mujizat pemulihan ekonomi, tapi mintalah hikmat Tuhan agar kita mampu menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup kita, karena inilah yang akan mendatangkan berkat-berkat atas kebutuhan kita.

KEDATANGAN-NYA YANG KEDUA

Yang ada di bumi saat ini semuanya sementara dan akan kita tinggalkan. Pada kedatangan Yesus yang kedua, Dia tidak datang untuk menebus dosa, tetapi untuk menegakkan pemerintahan-Nya.

Engkau sudah menjadikan kami warga kerajaan-Mu dan imam-imam yang melayani Engkau. Engkau juga menjadikan kami raja-raja yang akan memerintah atas seluruh bumi.”
(Wahyu 5:10 TSI)

Kita akan menjadi raja-raja kecil yang akan memerintah bersama dengan Raja di atas segala raja yaitu Yesus. Jadi, janganlah kita mengejar yang sementara, tetapi kejarlah yang kekal yaitu memerintah bersama Dia. Hidup dalam budaya Kerajaan-Nya adalah sarana untuk melatih kita memerintah bersama Dia. Hidup dalam budaya Kerajaan Allah tidak bisa terjadi secara instan, tetapi perlu dilatih dengan konsisten dan disiplin dengan menyangkal diri dan menyangkal kedagingan setiap hari. Menjadi atlet kelas lokal saja perlu dilatih, apalagi sesuatu yang sangat mulia yaitu nilai-nilai Kerajaan-Nya. Kekristenan yang sejati tidak mengejar yang sementara tapi mengejar yang kekal. Amin. (VW)