THE MAN OF SORROW
Bacaan Setahun:
Kis. 7:1-22, Ul. 29-30, Ayub 18
“Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ”Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.” (Lukas 23:46)
Ketika kita berbuat salah, sering kali konsekuensi yang kita alami sangatlah tidak mengenakkan, dan bahkan kita tidak dapat luput dari kesalahan yang kita perbuat. Sesuai dengan peribahasa “berani berbuat, berani bertanggung jawab,” maka hal yang ditekankan di sini ialah bagaimana seseorang bertanggung jawab atas setiap apa pun yang dia perbuat, termasuk kesalahan.
Berkaitan dengan perbuatan dan konsekuensi, ada satu konsep yang juga dialami oleh manusia dan harus ditanggung oleh manusia. Hal tersebut ialah dosa. Dosa dipahami bukan sebatas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh manusia yang membuatnya terpisah dari Allah, tetapi dosa juga adalah kenajisan di mata Allah. Oleh karena itu, harus ada harga yang dibayar untuk menebus dosa tersebut sehingga individu yang bersangkutan terlepas dari hukuman, kutuk, dan maut.
Tentu, tidak ada seorang pun yang rela untuk melakukan hal tersebut, dan tidak ada pribadi yang layak sebab setiap orang telah berdosa. Setelah kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, maka seluruh manusia telah menerima dosa asal dari perbuatan Adam dan Hawa. Manusia memiliki kecenderungan berbuat dosa dan jatuh ke dalam keberdosaan. Oleh karena itu, diperlukan bantuan Seseorang atau Pribadi dari surga untuk menyelamatkan umat manusia di dunia ini, dan karena itulah Kristus, Sang Anak Domba Allah, datang ke dunia.
Dalam tradisi Yahudi (Pesakh), umat Yahudi mengurbankan anak domba sebagai momentum atas karya Tuhan yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Pembebasan tersebut merupakan gambaran dari pengurbanan Kristus yang membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa melalui salib dan darah-Nya yang tercurah. Kurban Kristus dalam kisah Perjanjian Baru menggenapi kurban-kurban dalam Perjanjian Lama yang dilakukan oleh umat Yahudi. Hal tersebut menjelaskan bahwa kurban Kristus adalah sempurna, dan makna dari kurban Kristus tidaklah menghapuskan makna sesungguhnya akan hakikat dari kurban itu sendiri. Maka, dapat dipahami bahwa Kristus, Sang Kurban dalam Perjanjian Baru, yang oleh wafat-Nya di kayu salib, telah mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa demi menebus dosadosa manusia. Kristus menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya kepada Bapa sebagai bentuk menggantikan posisi kita yang seharusnya menerima hukuman dan akibat dosa.
Kurban Kristus senantiasa kita peringati pula melalui Sakramen Perjamuan Kudus. Tubuh-Nya yang hancur disimbolkan dengan roti, dan darah-Nya yang tercurah disimbolkan dengan anggur merupakan bentuk persekutuan dan momentum kita akan pengurbanan-Nya. Kurban Kristus adalah materai Perjanjian Baru, dan karenanya tidak perlu ada pengurbanan lagi sebab kurban Kristus cukup satu kali untuk selama-lamanya. (AH)
Questions:
1. Mengapa Kristus rela berkurban bagi kita?
2. Apakah kita sudah memaknai kurban Kristus? Dengan cara apa? Diskusikan!
Values:
Dosa bukan hanya pelanggaran, tetapi juga kenajisan di mata Allah yang membutuhkan penebusan.
Kingdom’s Quotes:
Dosa menuntut hukuman, tetapi Kristus telah membayar lunas.