THE POWER OF FORGIVENESS | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

(21) Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
(22) Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.  (Matius 18:21-22)

Salah satu mimpi saya sebagai seorang gembala di ROCK Ministry adalah membangun suatu masyarakat mesianik yang harmonious (memiliki kesatuan), victorious (berkemenangan)  dan glorious (dimuliakan). Tema kita bulan ini adalah Love that change the world (Kasih yang mengubah dunia), untuk itu kita akan belajar dari pengajaran Tuhan Yesus di dalam Matius 18 mengenai pengampunan, karena pengampunan memiliki kuasa yang besar untuk mengubah dunia.

Matius 18:21 sebuah pertanyaan yang disampaikan Petrus kepada Tuhan Yesus sampai berapa kali kita harus mengampuni seorang saudara yang berbuat salah kepada kita. Kecenderungan kita adalah mengingat-ingat dan menghitung kesalahan yang orang lain perbuat kepada kita. Hal inilah yang sulit bagi kita untuk mengampuni. Tuhan Yesus menjawab bahwa kita harus mengampuni bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali yang artinya tidak terbatas. 

Tuhan Yesus melanjutkan penjelasannya dengan sebuah perumpamaan, hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Karakteristik sebuah kerajaan ditentukan oleh Rajanya. Karena Sang Raja kita adalah kasih maka sebagai warga kerajaan kita ada didalam kerajaan yang penuh kasih dan kemurahan. Didalam perhitungan tersebut Sang Raja diperhadapkan dengan seorang hamba  yang  berhutang sepuluh ribu talenta, artinya sejumlah nilai yang tidak mungkin bisa dibayarkan.

Upah dosa adalah maut. Dosa juga digambarkan dengan hutang. Sebelum hidup kita ditebus oleh Tuhan Yesus, kita berada di dalam perhambaan dosa yang tidak mungkin kita bayar oleh apapun juga termasuk perbuatan baik kita. Seringkali kita mengecilkan dosa dengan menggunakan istilah-istilah yang lebih halus, tetapi kita harus ingat dan perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya (Roma 11:22). Hamba yang berhutang sepuluh ribu talenta itu tidak mampu melunaskan seluruh hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Dalam doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana kita meminta pengampunan seperti kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Kita tidak saja hidup didalam keadilan Tuhan. Keadilan Tuhan menyatakan bahwa upah dosa adalah maut dan penghukuman, tetapi kita juga membutuhkan kasih karunia Tuhan, sebab ketika kita datang dengan hancur hati dan bertobat maka Ia dengan kasihNya akan mengampuni segala dosa-dosa kita. Jika Tuhan hanya menerapkan hukum keadilan maka kita sudah selayaknya menerima hukuman, tetapi kasih karunia-Nya menyelamatkan dan menebus kita dari upah dosa.

Ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Hutang piutang mengubah hubungan pertemanan antara hamba-hamba itu. Hutang piutang membuat hamba yang satu tega mencekik temannya agar temannya mau membayar hutangnya. Ia lupa jika Raja yang baik hati telah menghapuskan hutang-hutangnya. Ia menerapkan hukum keadilan kepada temannya, padahal ia telah menerima hukum kasih karunia dari sang Raja. Di dalam hidup ini, kualitas kehidupan adalah hubungan, baik dengan Tuhan maupun dengan sesama. Sebagai warga Kerajaan kita harus hidup saling tolong menolong. Ada kuasa persepakatan yang bekerja dalam hidup kita jika kita memiliki kesatuan hati dengan sesama kita. Tuhan Yesus menegaskan bahwa: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.  Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”  (Matius 18:19-20)

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Ada kuasa pengampunan, tetapi ada juga kuasa tidak mau mengampuni. Jika kita tidak mengampuni, ada algojo-algojo di depan kita yang sudah siap menerapkan hukum keadilan bagi kita. Watchman Nee seorang hamba Tuhan dari China mengatakan: ”Unforgiveness is the largest open door for the Devil” (Tidak mengampuni adalah membuka pintu lebar-lebar bagi iblis).

Bapa yang di sorga juga akan berbuat demikian terhadap kita, apabila kita masing-masing tidak mengampuni dengan segenap hati. Jika ada Kristus di dalam kita maka kitapun akan dimampukan untuk mengampuni. Jangan pernah mengecilkan arti dosa, ada keadilan Tuhan yang siap diberlakukan bagi kita. Datang kepadaNya dengan penuh kerendahan hati, akui kelemahan dan dosa-dosa kita serta berbalik dari segala yang jahat maka kasih karunianya akan dilimpahkan bagi kita. The Golden Rule (hukum yang utama)  dalam Lukas 6:37-38 mengatakan: “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” 

Jadi, janganlah kita menghakimi, jangan menghukum, ampuni orang-orang yang bersalah kepada kita dan kita juga belajar untuk memberi dengan tulus. Amin. (RCH)