Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.
(Amsal 18:21)
Lidah mempunyai kuasa untuk menyelamatkan hidup atau merusaknya; orang harus menanggung akibat ucapannya. (Amsal 18:21 BIS)
Di masa pandemi ini, ditemukan kenyataan bahwa di beberapa tempat angka perceraian meningkat. Situasi di mana suami istri harus tinggal bersama-sama di rumah saja ternyata tidak membuat mereka semakin akrab, namun justru meningkatkan ketegangan yang berakhir pada perceraian. Salah satu sebabnya adalah kurangnya kemampuan berkomunikasi. Masalah yang sering dijumpai adalah suami istri hanya mengobrol tentang hal-hal yang penting saja, padahal seharusnya yang penting ngobrol, sekalipun tentang hal-hal yang tidak penting sehingga mampu membangun keakraban dalam komunikasi antar suami dan istri.
Dalam kitab Amsal disebutkan bahwa lidah memiliki kuasa, oleh sebab itu kita perlu belajar kuasa apa saja yang dimiliki lidah?
Lidah sebagai Alat Pengukur
Ada dua hal yang penting dalam percakapan, yaitu isi percakapan dan nada percakapan. Sekalipun isi percakapan baik, namun jika disampaikan dengan nada yang tinggi, maka hal ini bisa menimbulkan masalah komunikasi. Isi dan nada percakapan yang kita lakukan bisa diukur oleh lawan bicara kita, karena itu kita harus belajar mengendalikan lidah kita. Perkataan juga merupakan alat ukur dari iman seseorang, karena iman seseorang tidak mungkin lebih besar dari perkataannya.
Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (Yakobus 3:1-2)
Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. (Amsal 17:27)
Lidah sebagai Alat Kemudi
Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. (Yakobus 3:3-5)
Seperti kemudi kecil yang bisa mengarahkan sebuah kapal yang besar, demikian pula lidah kita bisa mengarahkan jalan hidup kita maupun jalan hidup orang lain. Melalui perkataan kita orang lain bisa menjadi sedih, cemas, tersinggung, namun sebaliknya juga bisa menjadi bersukacita, bersemangat dan dikuatkan imannya.
Lidah sebagai Alat Pengikat
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. (Matius 18:18)
Sebagaimana Tuhan Yesus pernah mengutuk sebuah pohon ara dan pohon ara tersebut menjadi kering dan mati, demikian pula perkataan kita memiliki otoritas dan kuasa. Ketika kita mengingkari janji yang pernah kita buat, misalnya janji nikah, maka kehidupan kita akan jauh dari berkat Tuhan, karena kita meninggalkan ikatan yang pernah kita buat di hadapan Tuhan. Demikian pula ketika kita mengucapkan nazar lalu tidak menepatinya, maka hal itu akan menjauhkan kita dari berkat Tuhan, karena nazar adalah sebuah janji yang kita ikat di hadapan Tuhan yang harus kita tepati.
Lidah sebagai Alat Pelindung
Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? (Yakobus 3:9-11)
Perkataan yang kita ucapkan bisa melindungi kita dari ancaman bahaya. Seseorang yang menyatu antara pikiran, perkataan dan perbuatannya disebut sebagai orang yang berintegritas. Orang yang berintegritas akan menjaga agar kualitas produk atau jasa yang dilakukannya sesuai dengan yang diucapkannya. Ketika terjadi pelemahan situasi perekonomian, maka orang yang berintegritas akan tetap mendapat order pekerjaan dan diluputkan dari bahaya kelaparan. Dalam Alkitab dikisahkan tentang tokoh Yusuf, Daniel yang dilepaskan dari bahaya karena memiliki integritas.
Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.
(Amsal 21:23)
Jika keempat hal di atas kita terapkan, maka kemampuan berkomunikasi kita akan meningkat, dan itu akan berdampak kepada kualitas hubungan yang meningkat, sehingga kehidupan pribadi dan rumah tangga kita akan semakin diberkati. Bahkan di tengah-tengah pandemi dan situasi ekonomi yang sukar kita tetap menjadi saluran berkat bagi sesama. Amin. (VW)