(1) Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. (2) Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”
(Lukas 15:1-2)
Tema selama 3 bulan terakhir di tahun 2021 ini banyak berbicara tentang Father, karena itu judul Firman Tuhan hari ini adalah The Prodigal Father. Mungkin banyak yang bertanya apakah tidak salah? Karena seringkali yang kita dengar adalah The Prodigal Sons. Perkataan prodigal seringkali dikonotasikan secara negatif karena anak bungsu dalam perumpamaan anak yang hilang menghambur-hamburkan kekayaan yang dia minta secara paksa dari bapaknya. Kisah ini ada dalam Lukas 15, dimana Yesus sedang berbicara kepada para pemungut cukai dan orang-orang berdosa serta orang Farisi dan ahli Taurat ada di sana. Hal ini menyebabkan persungutan di antara orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena sikap Yesus terhadap orang berdosa.
Yesus memulai perumpamaannya dengan kisah domba yang hilang dan dirham yang hilang serta perumpamaan tentang anak yang hilang. Jadi seringkali yang menjadi fokus kita adalah domba yang hilang, dirham yang hilang atau anak bungsu yang terhilang. Sesungguhnya ada hal yang tersirat dari kisah-kisah ini. Melalui perumpamaan domba yang hilang Yesus sedang ingin memperkenalkan seorang Gembala yang baik, yang tidak hanya menjada dan memelihara domba-dombanya, tetapi menjadi sahabat atas domba-dombanya. Gembala yang baik akan mencari yang terhilang, membalut yang terluka dan menyediakan rumput yang hijau. Melalui perumpamaan dirham yang hilang Yesus sedang ingin menyampaikan kisah tentang bendahara yang baik, yang bertanggung jawab atas harta yang dipercayakan kepadanya sebab ia mencarinya sampai ketemu. Dan dari perumpamaan anak yang hilang Yesus sedang ingin menceritakan tentang Bapa yang baik, Bapa yang penuh kasih dan bahkan lebih dari itu.
Perkataan prodigal tidak hanya saja memiliki konotasi yang buruk tetapi juga memiliki arti yang baik. Dari kata ini dipakai untuk menyebut seseorang yang memiliki talenta yang luar biasa (prodigy), juga keadaan panen yang berlimpah-limpah di luar perkiraan dari yang biasa didapatkan (prodigal harvest). Jadi arti prodigal adalah memberikan secara luar biasa dan berlebih-lebihan. Ketiga kisah ini ditujukan kepada 99 domba yang tinggal, 9 koin yang ada sebagai gambaran orang-orang beragama, orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut juga kepada Putra sulung gambaran Israel sebagai putra sulung Tuhan yang menolak Yesus.
The Prodigal Father, Bapa yang berlebih-lebihan kasihNya kepada orang-orang berdosa dan terhilang dan kepada domba-domba yang tersesat dan hilang arah. Ketika putra bungsu meminta warisan bagiannya ketika Bapanya masih hidup. Menurut hukum taurat yang berlaku saat itu jika ada anak yang degil dan tidak dapat dididik lagi, maka orang tua bisa membawanya ke pintu gerbang kota dan seluruh kota dapat merajamnya dengan batu. Kemudian ia pergi ke suatu negeri yang jauh dan menghabiskan seluruh hartanya. Ia meninggalkan sumber hidupnya demi harta kekayaan yang akan habis. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.
Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Pemulihan terjadi ketika kita merasa tidak layak dan datang kepada Bapa. Kita memiliki gembala yang baik dan Bapa yang sangat baik. Ketika anak bungsu itu berkata: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.” Maka sang Bapa memberikan jubah yang terbaik, memakaikan itu kepadanya dan mengenakan cincin pada jarinya serta sepatu pada kakinya. Sebagai gambaran kuasa, otoritas dan hak akses yang dikembalikan kepadanya.
Sikap Bapa terhadap putra bungsu menyebabkan kemarahan Putra Sulung, “Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.”, tetapi Bapanya berkata: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” Sang Bapa memberikan segala sesuatu kepada putra-putraNya.
Domba dan dirham yang hilang dicari, tetapi anak yang hilang ditunggu oleh Sang Bapa. Ada pesta kerajaan ketika ada satu jiwa yang bertobat. Jika kita ingin mengalami pesta Kerajaan, tugas kita adalah mencari jiwa-jiwa yang terhilang itu, atau jika diri kita sedang terhilang maka Bapa sedang menunggu kita untuk kembali. Bapa akan memberikan kepada kita warisan Kerajaan dan memerintah bersama Dia di dalam kerajaanNya. Amin (RCH).