THE ROAD BACK HOME | Pdt. Timotius ArifinTedjasukmana

(15) Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. (16)  Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. (LUKAS 24:15-16)

Dua orang murid  yang pergi ke Emaus ini adalah seperti orang-orang yang pergi menjauhi epicenter. Hari itu adalah hari yang khusus, yaitu hari kebangkitan, namun mereka menyangka Yesus masih berada dalam kuburan. Mereka masih belum percaya bahwa Yesus telah sungguh-sungguh bangkit. Mereka pergi dengan hati yang sedih, muka yang muram, dan langkah yang gontai, namun demikian Yesus dengan penuh kasih menjumpai mereka. Ketidakpercayaan mereka terlihat ketika mereka telah sekian lama Yesus menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi namun merekapun belum mengenali siapa Yesus. Ada 3 penghalang mengapa mereka menjadi sedih, takut dan gagal memahami maksud Tuhan yang juga bisa kita alami dalam hidup kita yaitu:

Karena gagal melihat dari sudut pandang Tuhan.

Saat ini keadaan memaksa kita untuk harus tinggal di rumah, banyak orang mulai sadar bahwa milik mereka yang paling berharga adalah keluarga. Keluarga jauh lebih bernilai dari harta benda, pekerjaan, hobi, dan politik. Cara pandang Tuhan di Roma 8:28 adalah bahwa segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Pertanyaannya apakah kita mengasihi Tuhan?

Karena pengharapan mereka ditentukan dengan rancangan mereka sendiri.

Mereka mengharapkan seorang Mesias yang memimpin perang untuk melepaskan bangsa Israel dari penjajahan. Ketika terjadi hal yang sebaliknya, mereka gagal paham bahwa Tuhan tetap bertahta. Yesus berkata: “Apa kamu tidak sadar bahwa Mesias harus menderita… (Lukas 24:26) Barang siapa mau beribadah pasti mengalami aniaya, dihina, disingkirkan, difitnah, dan sebagainya. Bahkan ada masanya orang yang menganiaya kita menyangka mereka berbuat bakti bagi Allah. Ketika hal-hal buruk terjadi dalam hidup kita, seringkali kita lupa bahwa Tuhan tetap ada di tahta-Nya untuk mengendalikan kehidupan kita. Rancangan Tuhan sangat berbeda dengan rancangan kita.

Karena mereka gagal mengenali kebangkitan Kristus.

Saat itu kedua murid tersebut berbicara dengan nada negatif, tentang kematian dan kegagalan. Bahkan Yesus mereka anggap sebagai orang yang tidak tahu apa-apa. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6). Pikiran mereka dikuasai dengan asumsi. ”Kami tadinya mengira…” Asumsi-asumsi dalam pikiran kita sering menghalangi kita untuk mencapai kemenangan. Mereka mengharapkan sukses, namun sukses bagi Yesus adalah  menggenapi kehendak Bapa. Dia adalah Raja segala raja, namun Ia harus datang terlebih dahulu sebagai domba yang disembelih.

Perjalanan 7 mil atau sekitar 12 km dengan langkah gontai mungkin memakan waktu 3 jam. Namun Yesus dengan sabar mengajar mereka sepanjang perjalanan tersebut. Mereka tidak mengenali Yesus sampai pada saat Ia mengangkat roti dan mengucap berkat atasnya. Tugas yang seharusnya tidak dilakukan oleh tamu, tetapi oleh tuan rumah. Jangan jadikan Tuhan Yesus sekedar menjadi tamu dalam hidup kita, namun tempatkan Yesus sebagai Tuan, sehingga kehidupan pribadi maupun rumah tangga kita dapat dipulihkan.

Ketika kita mengenali Dia dengan benar dan menempatkan Dia sebagai Tuhan dalam hidup kita, maka kita akan dipulihkan dan berjalan pulang ke Yerusalem dengan sukacita. (The Road Back Home). Perubahan yang terjadi dalam hidup kita:

  1. Kita dimampukan untuk melihat dengan sudut pandang Tuhan.
  2. Kita dimampukan untuk memahami rancangan Tuhan yang seringkali berbeda dengan rancangan kita, dan menaruh pengharapan kita di dalam rancangan-Nya.
  3. Kita mengenali kebangkitan Kristus dan diubahkan dari situasi negatif kepada situasi positif, yang memberikan semangat baru dalam memandang masa depan kita.

Pada saat itu kehadiran Yesus tidak hanya membawa damai, tetapi juga membawa api yang membuat hati mereka berkobar-kobar. Perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit memberikan semangat yang baru. Kabar baiknya adalah bahwa Yesus tidak menampakkan diri kepada murid yang sukses, namun kepada yang lemah imannya. Seperti kepada kedua murid di Emaus dan kepada Petrus yang telah menyangkal 3 kali. Bahkan lebih indah lagi bahwa Yesus yang mendekati murid-murid-Nya yang sedang ketakutan, sehingga mereka keluar dari rumah itu dan kembali ke Yerusalem dengan tidak takut. Situasi saat ini seharusnya tidak membuat kita takut atau galau, namun membuat kita memiliki pengalaman pribadi yang baru dengan Tuhan. Mendapat urapan yang baru dari Tuhan.

Yesus tidak pernah mempermalukan orang, bahkan kepada orang yang tidak berprestasi, yang meninggalkan pelayanan, meninggalkan tanggung jawab atau meninggalkan keluarga, Ia tetap hadir mendatangi dan memulihkan mereka. Kembalilah kepada Tuhan, maka Ia akan memulihkan, memberikan kuasa, memakai kita dalam pelayanan dan memberkati kita. Amin. (VW).